Piamanexplore-Irian Jaya (sekarang menjadi Papua) dengan ibukotanya Jayapura sampai sekarang terkenal sebagai daerah perantauan bagi siap saja yang berminat, mau bekerja keras, mempunyai bekal dan ketrampilan.
Ternyata dengan usaha dan karya apapun, apalagi bagi mereka yang kreatif dengan mudah tersalurkan dalam meningkatkan usahanya.
Hingga kini di provinsi Papua tidak ada yang namanya “pengemis atau gelandangan” karena disana semua orang bekerja, dan belum pernah terdengar ada kelaparan di Provinsi paling Timur Indonesia ini.
Salah satu contoh sukses perantau di Papua bernama Loso. Pak Loso ini di tahun 1980 usianya 35 tahun.
Ia bersama 2 orang kawannya asal Kabupaten Sukoharjo, Solo meninggalkan kampungnya di tahun 1970, bertekad ke kota Jayapura dengan kapal laut untuk mengadu nasib.
Mereka hanya membawa bekal sekedar uang dan seperangkat peralatan sol sepatu, seperti pisau pemotong kulit atau karet, besi landasan sepatu, alat pemukul, jarum kulit dan beberapa peralatan sol lainnya.
Loso dan kawannya semula bekerja sebagai buruh tani di desanya, dengan penghasilan sangat jauh dari mencukupi. Ia sendiri mempunyai seorang istri dan 5 orang anak yang ditinggalkan di Jawa.
Perjalanan kapal laut dari Surabaya ke Jayapura ditempuhnya sekitar 15 hari. Sesampainya di Jayapura,
mulailah mereka membuka usaha dengan membuat peti kecil dari kayu bekas untuk meletakkan alat-alat sol sepatu berikut batang kayu sebagai pikulan. Tempat usahanya tidak jauh dari rumah sewaan mereka.
Pada awal membuka usaha sol sepatu masih sepi. Berkat kesabaran, tak lama kemudian banyak pendatang, yang sudah terbiasa dengan tukang sol sepatu, mulai menyerahkan setumpuk sepatu-sepatunya yang rusak untuk diperbaiki.
Karena tempat kerjanya yang cukup strategis, maka orang-orang naik mobil sedan, jeep, taksi dan kendaraan lainnya banyak berhenti di sekitar Loso bekerja.
Seiring dengan berjalannya waktu tempat Loso bekerja menjadi terkenal di kalangan penduduk asli maupun pendatang.
Setiap harinya tidak kurang 10 pasang sepatu yang minta diperbaiki hingga mendapat keuntungan yang lumayan.
Selama 10 tahun merantau di kota Jayapura, ia sudah 3 kali pulang ke kampung asalnya di Sukoharjo Solo, untuk menengok istri dan anak-anaknya. Dua kali pulang naik kapal laut, dan yang ketiga kalinya di tahun 1980 Loso pulang naik pesawat Garuda dari Jayapura ke Surabaya dan berhasil membawa bekal uang sebesar Rp.1 juta.
Di tempat asalnya di Sukoharjo, uang tersebut digunakan untk membeli sawah, dan sebuah pesawat televisi.
Beberapa minggu ia di kampungnya kemudian pulang lagi dengan kapal laut dari Surabaya ke Jayapura. Sesudah “cuti” ia semakin semangat bekerja untuk masa depan anak-anak dan keluarganya.
Begitulah kisah sukses seorang perantau di kota Jayapura. Kesuksesan sejati hanya untuk orang-orang yang mau berusaha keras dan pantang menyerah.
Banyak orang siap sukses namun tidak setiap orang menjalani proses kerasnya kehidupan sebagai kunci sukses.