Piamanexplore-Kampung Kasih Sayang di Langkat Sumatera Utara, menyimpan kisah menakjubkan tentang kebersamaan, kemanusiaan, dan gotong-royong dalam menciptakan sebuah desa yang harmonis dan damai.
Penduduk di kampung ini belajar untuk menghargai satu sama lain, memperjuangkan kepentingan masyarakat, dan menjaga alam sekitar.
Artikel ini akan membahas bagaimana kampung ini menjadi contoh unik dalam membangun lingkungan yang sehat dan sejahtera.
Kampung Kasih Sayang adalah sebuah desa kecil yang dikenal karena semangat gotong royong dan kebersamaannya.
Dalam artikel kali ini, kami akan membahas bagaimana keharmonisan dan kemanusiaan dalam kampung ini menghasilkan sebuah komunitas yang peduli dan sehat.
Di Indonesia ternyata ada sebuah kampung yang mulai dari makan, bangunan, hingga keseharian semuanya dilakukan bersama-sama tanpa ada perbedaan ataupun perselisihan.
Kampung itu bernama Kampung Majelis Ta'lim Fardhu (Matfa).
Kampung Matfa merupakan sebuah kampung yang berada di Langkat. Nama aslinya Kampung Darussalam.
Kampung ini juga sering disebut kampung kasih sayang atau kampung sejahtera.Kampung ini sejumlah penduduknya menerapkan susah senang ditanggung bersama.
Berlokasi di Dusun III Darat Hulu, Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, kampung ini memiliki keunikan tersendiri.
Dihuni oleh 260 KK atau sekitar 1100an jiwa, masyarakat di sini hidup secara berdampingan.
Uniknya, menu makanan yang disantap penduduk di kampung ini selalu sama
Terdapat satu pintu masuk utama yang berdekatan dengan masjid. Di depan masjid, ada Baitul Mal.
Baitul Mal ini yang dijadikan wadah penyimpanan pendapatan warga setempat.
Uniknya, menu makanan yang disantap penduduk di kampung itu selalu sama.
Hal itu terlihat, saat berada di lokasi, siang hari, tampak para ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok sedang memasak bahan yang tersedia.
Bahan-bahan tersebut di ambil dari kebun dan peternakan mandiri di kampung tersebut. Setiap hari, warga bergiliran untuk memasak.Nantinya, makanan tersebut akan dibagikan untuk seluruh penduduk. Setelah makanan dibagikan,
satu per satu perwakilan keluarga datang mengambil jatah makanan dan kemudian membawanya ke rumah masing-masing.
Soal pemenuhan kebutuhan, kampung ini mencukupi bahan-bahan makanan secara mandiri.
Lahan yang berkisar 20 hektare ini dimanfaatkan untuk mengelola lahan pertanian, kolam ikan, peternakan ayam, dan usaha lainnya.
Di kampung ini juga terdapat sekolah dan layanan kesehatan. Bagi warga yang sakit bisa melakukan pengobatan di rumah sehat yang tersedia.
Semua pelayanan tersebut tidak dipungut biaya alias gratis, dengan sumber dana dari Baitul Mal.