Piamanexplore-Mesjid Raya Sumbar, salah satu mesjid terbesar di sumbar dan destinasi wisata religius di Sumatera Barat, resmi mengubah namanya menjadi Masjid Raya Syekh Khatib Al Minangkabawi.
Perubahan nama ini tentu saja menuai beragam pro dan kontra, terutama dalam konteks identitas budaya dan sejarah.
Namun, ada satu hal yang dapat kita telisik, yakni bagaimana estetika nama dapat membentuk opini publik.
Dalam artikel ini, kita akan merenungkan makna di balik perubahan nama mesjid raya Sumbar serta implikasi estetika yang terkandung di dalamnya.
Sebelumnya mesjid Raya Sumatera Barat ini di bangun zaman pemerintahan gubernur sumatera barat yaitu Gamawan Fauzi.
Pengumuman akan pergantian nama Mesjid Raya Sumbar menjadi Masjid Raya Syekh Khatib Al Minangkabawi belum lama ini menggegerkan masyarakat Sumatera Barat.
Pro Dan Kontra Bermunculan.
Ada yang merasa bangga dan mendukung pergantian nama ini, mengingat Syekh Khatib Al Minangkabawi merupakan ulama asal Minangkabau yang hidup pada tahun 1860 hingga 1915.
Syekh Khatib Al Minangkabawi dikenal luas terutama karena pernah menjadi Imam Besar di Masjidil Haram.
Di sisi lain, ada pula yang sangat menentang, dengan alasan pergantian nama ini merusak identitas budaya dan warisan sejarah.
Meurut Ustad Jellyta Donal, jika mengganti nama nama Masjid Raya Sumbar dengan Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, maka akan menghilangkan statusnya sebagai masjid raya atau besar Provinsi Sumbar.
Ia menyampaikan kepada Gubernur Sumbar Mahyeldi, untuk membuatkan satu lagi masjid yang memang dibuatkan khusus dengan nama Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
“Buek ciek, jangan itu lo dituka-tuka namonyo. Buek lo masjid ciek dengan namo Masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, kalo Masjid Raya Sumbar lah pas.
Masjid Raya itu status, maka tidak pas jika diganti namanya.” katanya yang dikutip melalui akun TikTok jelitadonalofficial pada Selasa, 16 April 2024.
Namun, perdebatan soal identitas ini tidak bisa dipisahkan dari pemahaman tentang estetika. Dalam seni dan sastra, estetika dianggap sebagai sebuah penilaian nilai keindahan atau keelokan.
Artinya, keindahan nama yang kini diterapkan pada Mesjid Raya Sumbar harus mencerminkan aspek-aspek kritikal terhadap objek estetika, sehingga mampu mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan.
Namun, di balik nilai estetika yang terkandung, terdapat juga aspek-aspek kritis yang harus diperhatikan.
Sebelum membuat kesimpulan, kita harus merenungkan makna di balik pergantian nama ini.
Alasan Pergantian Nama
Dilansir dari newsantara.com Ini sengaja karena kita ingin mencari potensi-potensi yang bisa menguatkan hubungan Provinsi Sumbar dengan Arab Saudi," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi di Padang.
Gubernur berharap dengan perubahan nama menjadi Masjid Raya Syekh Khatib Al Minangkabawi maka investasi dari Arab Saudi akan berkembang pesat di Tanah Minangkabau.
Mahyeldi mengatakan salah satu pihak yang akan berperan besar menghubungkan Pemerintah Provinsi Sumbar dengan Arab Saudi ialah keluarga besar dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
"Saya telah bertemu dengan keluarga Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Jeddah dan Mekkah beberapa waktu lalu," ujarnya.
Gubernur optimistis upaya membuka peluang investasi dengan Arab Saudi terbuka lebar mengingat keturunan dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi cukup banyak di Pemerintahan Arab Saudi.
Bahkan, salah seorang keluarga dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi tidak hanya akan menolong hubungan Provinsi Sumbar dengan Arab Saudi, namun juga dengan negara-negara di Timur Tengah.
Perubahan nama masjid yang dibangun pada masa Gubernur Gamawan Fauzi itu direncanakan pada 1 Muharram 1446 Hijriah atau 7 Juli 2024.
Kesimpulannya, pergantian nama Mesjid Raya Sumbar adalah sebuah peristiwa yang menyiratkan makna-makna signifikan di dalamnya, baik dalam segi identitas.
Meskipun masih menuai pro dan kontra, keputusan tersebut rentan dianalisis dari sudut pandang beragam.
Sebagai sebuah perenungan, kita harus menilik lebih jauh tentang arti dan makna di balik nama tersebut.
Dalam konteks kekinian yang kompleks dan bermacam-macam hal, kita di uji untuk memperkaya wawasan dan pengalaman, serta merefleksikan identitas budaya dan sejarah kita sebagai bangsa Indonesia.