Piamanexplore-Kebaya ini adalah salah mode pakaian yang sudah ada sejak zaman dahulu dan masih bertahan hingga sekarang. Bahkan orang luar Indonesia sudah lama menyukai kebaya.
Hein Buitenweg penulis buku “Soos en Samenleving in Tempo Doeloe” menceritakan bahwa wanita-wanita Eropa, Belanda dan Tionghoa yang berdiam di Indonesia senang memakai kebaya, tertutama kebaya putih berenda/bersulam.
Dalam film “Krakatoa East of Jawa” terlihat orang-orang Eropa berkebaya putih dan berenda (bordir).
Kebaya puith dan berenda/border (sewarna dengan warna kebaya) menggunakan benang sewarna juga.
Ini hasil kerajinan tangan yang memakan waktu cukup lama untuk membuatnya. Renda-renda yang ada dalam kebaya kuno adalah motif yang termasuk jenis grifeer (ukir), konon dibuat dibuat sebelum perang dunia II.
Di era berikutnya berkembang berbagai jenis renda kebaya yang lebih berwarna-warni dan modern.
Para wanita zaman dulu memakai kebaya putih dengan sarung bukan kain batik atau Jarik, biasanya sarung dari Cirebonan, Laseman atau Pekalongan.
Sarung letaknya sedikit di atas tumit, berbeda dengan memakai kain batik Sekarang kebaya sudah banyak disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kebaya dapat dikombinasikan dan rok atau celana panjang, dan padu padan dengan jenis pakaian lainnya.
Jadi Wanita Indonesia sudah sepatutnya bangga punya kebaya, pakaian Khas Nusantara yang sudah mendunia sejak dahulu kala. Untuk itu ayo kita lestarikan sebagai bagian dari kebudayaan Nasional.
Sumber: Suara Karya, 15 April 1973. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI Salemba (Skala Team)