Piamanexplore-Mesjid sebagai tempat ibadah merupakan salah satu identitas keberadaan Islam di Indonesia.
Salah satu mesjid yang memiliki sejarah panjang di Indonesia adalah mesjid tertua di Payakumbuh, yang telah hadir sejak berabad-abad lalu.
Mesjid ini bukan hanya bangunan yang bersejarah, tapi juga menceritakan sejarah perjalanan Islam di Payakumbuh.
Sebagai warga Indonesia yang hidup di negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, kita telah mengenal mesjid sebagai salah satu tempat ibadah dan pengembangan kegiatan sosial dan keagamaan.
Namun, apakah kalian tahu bahwa Payakumbuh menyimpan sebuah mesjid yang merupakan bangunan peninggalan sejarah Islam di Indonesia?
Mesjid ini dikenal sebagai mesjid gadang koto nan IV tertua di Payakumbuh, dan memiliki sejarah panjang yang bisa menjadi cerita menarik untuk dipelajari.
Sejarah Mesjid Gadang Koto Nan IV:
Masjid Gadang Balai Nan Duo atau Masjid Gadang Koto Nan IV merupakan masjid tertua yang berada di Kota Payakumbuh.
Masjid ini digagas oleh Tuanku Chedoh yang diperkirakan dibangun tahun 1840 dengan langgam bentuk masjid khas arsitektur Minangkabau. Jika saja hal ini benar maka diperkirakan usia mesjid ini sudah hampir 200 tahun.
Secara umumnya masjid ini berbahan kayu yang tidak begitu banyak mengalami perubahan hingga saat ini. Dulu atapnya menggunakan bahan ijuk tapi sekarang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Masjid ini menjadi saksi berkembangnya Kota Payakumbuh tempo kolonial dengan ada kedudukan regent di daerah ini. Regent pada masa pemerintahan belanda yang berarti Bupati pada kala itu.
Saat ini telah ditetapkan sebagai inventaris cagar budaya dan masjidnya masih digunakan sebagai tempat ibadah, belajar agama Islam dan musyawarah masyarakat.
Masjid pertama yang dibangun di Nagari Koto Nan Ampek ini disebut sebagian masyarakat Masjid Gadang Balai Nan Duo, karena waktu dulu masjid ini berada di tengah-tengah nagari berdekatan dengan Balai Adat Nagari "Balai Nan Duo.
Mesjid gadang koto nan IV ini salah satu mesjid tertua di Indonesia menurut wikipedia mesjid ini dinding kayunya belum pernah diganti sampai ssat ini hanya saja atap ijuknya yang yang diganti karena rangka yang sudah lapuk diganti dengan seng.
Bangunan Masjid Balai Nan Duo mempunyai atap tumpang tiga dari bahan seng dengan kemuncaknya berupa mustoko yang runcing di atas.
Antara atap yang atas dengan bawahnya diberi dinding papan yang berhiaskan ukiran matahari, sedangkan antara atap tengah dan bawah juga diberi pembatas dinding papan dengan ukiran yang hampir sama.
Masjid Gadang Balai Nan Duo merupakan suatu kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan.
Bangunan utama adalah masjid yang berada dibagian tengah, kemudian bangunan tambahan berupa perpustakaan, TPA (sisi barat), dan wc dan rumah garin di sisi selatan (depan pintu masuk masjid).
Pada bagian utara masjid (dekat mihrab) terdapat juga sebuah bangunan dari bahan bata berspesi berbentuk kerucut (belum diketahui tokohnya) dan tempat parkir.
Pada sisi selatan masjid (pintu masuk) terdapat anak tangga yang terbuat dari semen dilapisi keramik warna putih dengan ukuran luas 7 m x 4 m. Tangga masuk ini berbentuk melingkar.
Peran Mesjid Mesjid Gadang koto Nan IV Tertua di Payakumbuh:
Mesjid Gadang Koto Nan IV, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kehidupan masyarakat Payakumbuh, khususnya di bidang sosial dan keagamaan.
Mesjid ini menjadi pusat pengembangan agama Islam di kota Payakumbuh sejak zaman dahulu kala. Mesjid ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat dakwah dan pengajaran Islam.
Para ulama dan tokoh masyarakat mengadakan ceramah dan diskusi mengenai agama Islam dan kegiatan pengembangan masyarakat.
Kesimpulan:
Mesjid gadang koto nan IV Payakumbuh adalah bukti sejarah yang hidup tentang kemajuan dan perkembangan agama Islam di Payakumbuh.Mesjid tersebut tetap menjadi tempat ibadah dan kegiatan sosial yang aktif hingga saat ini. Sebagai warga Indonesia, kita harus merayakan sejarah dan warisan keagamaan seperti Mesid gadang koto nan IV.
Mari kita terus mengembangkan tradisi-taris Mesjid ini, dan memastikan agar tempat ibadah ini dapat terus terjaga untuk generasi mendatang.