Piamanexplore-Dulu sekitar 20 tahun lalu saya pernah kesini bersama keluarga yang datang dari kota medan sumatera utara.
Keluarga saya yang datang dari jauh sebenarnya hanya pulang kampung untuk liburan sekolah.
kakak saya sudah menjadwalkan untuk berwisata ke batu malin kundang setibanya di pariaman.
Batu malin kundang Spot utama dari wisata pantai air manis ini dulunya masih sangat jelas dengan perahunya, malin kundangnya, tali pengikat perahunya, peti-peti kayunya yang semua sudah menjadi keras membatu.
Di era tahun 2000 atau tahun 2001 itu pantai air manis ini masih sangat alami.
Disekitaran dari gerbang masuk menuju batu malin kundang banyak pedagang yang menjual asesoris khas pantai yang terbuat dari kerang-kerang kecil dan batu karang.
Dulu masih sangat alami tak ada air yang menggenang Cuma saja dulu banyak sampah-sampah plastik yang berserakan disekitaran wisata batu malin kundang.
Kini wisata pantai air manis berubah menjadi cantik banyak pedagang jasa wisata yang menyewakan berbagai jasa seperti mobil ATV.
Sayang batu malin kundang serta kapalnya yang menjadi daya tarik utama wisata ini terancam menghilang karena air yang menggenang menenggelamkan semua yang sepatutnya tak harus terjadi.
Dilansir dari padek.co.id Batu Malin Kundang sebagai daya pikat dari Pantai Air Manis, Kota Padang, akhirnya tenggelam.
Hal ini dikarenakan tidak adanya akses air keluar di pedestrian yang dibangun Pemko.
Pedestrian itu dibangun untuk memudahkan pengunjung menuju Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi batu karena durhaka.
Alhasil, legenda atau cerita rakyat tersebut saat ini telah tenggelam oleh air hujan yang tidak memiliki akses keluar dari tempat tersebut.
Terlihat, beberapa jenis ikan air tawar seperti nila, mujair berenang berkelompok di lokasi terbenamnya batu Malin Kundang yang pada saat ini telah berubah menjadi kolam ikan.Walau tak ubah seperti kolam ikan, Batu Malin Kundang tetap dikunjungi oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah.
Mereka melakukan swafoto, walau ada larangan berswafoto di lokasi Batu Malin Kundang yang dibuat oleh tukang foto keliling di Batu Malin Kundang.
Idham salah seorang wisatawan yang datang dari Kota Makassar mengaku takjub dengan keindahan alam di sekitar Batu Malin Kundang.
“Tempatnya asri dan indah. Sayang, batu Malin Kundangnya tenggelam,” ucapnya. Beberapa hari lalu.
Tomi yang datang dari Jambi, mengaku tidak tahu bahwa batu Malin Kundang yang ia datangi telah terbenam oleh air tawar.
“Mau bagaimana lagi, saya merasa tempat ini kering. Tetapi, pada saat ini sudah menjadi kolam. Sungguh sangat disesalkan sekali,” paparnya.
Tomi menambahkan juga, dirinya sempat ragu untuk mengikuti jalan menuju kapal Malin Kundang, karena akses menuju sana ‘’ditutupi’’ oleh para pedagang pakaian.
“Saya kira, jalan ke sana ditutup, karena banyak pedagang baju kali lima memenuhi akses jalan menuju sana.
Pemerintah harus merelokasi dan menyediakan spot untuk berjualan bagi mereka di lokasi lain,” tutupnya.
Seorang pemuda lokal yang menawarkan ATV menjelaskan, terbenamnya batu Malin Kundang merupakan bentuk kegagalan proyek yang dibangun oleh Pemko Padang.
“Dahulu, kontraktor yang membangunnya gagal. Akses jalan air keluar saja tidak ada.
Sebelumnya ada petugas yang memompakan air keluar. Saat ini petugas tersebut tidak ada lagi,” ucap pemuda berkulit hitam legam itu.