Piamanexplore-Beberapa hari lalu rilis di beranda instagram wagub Sumbar bahwa ada kartu e-Money yang akan di publish di Indonesia yang menampilkan gambar pariwisata populer di Minang.
Begini Isi Postingan Wagub Sumbar Itu
“Betapa pentingnya percepatan digitalisasi, transaksi cashless dan promosi pariwisata di Sumatera Barat, nantikan e-money spesial edisi Pariwisata Sumatera Barat.
Apresiasi inisiatif dan kolaborasi dari @bankmandiri, semoga dapat mendorong literasi keuangan digital dan berkontribusi membawa kemajuan bagi ekonomi masyarakat dan sektor pariwisata di Sumatera Barat”.
Terlihat 3 ikon terkenal destinasi wisata yang ada di Sumbar terpampang pada kartu e-money. Kira-kira seperti apa ya penampakannya?
Di era serba digital seperti saat ini, kehadiran e-money adalah sebuah terobosan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk percepatan digitalisasi seperti dalam bertransaksi secara cashless.
Perilisian edisi spesial pariwisata Sumbar ini juga sekaligus untuk mempromosikan destinasi pariwisata yang ada di tanah Minang tersebut.
Selain itu, hadirnya kolaborasi ini juga diharapkan dapat mendorong literasi keuangan digital.
Juga memberikan kontribusi yang membawa kemajuan bagi ekonomi masyarakat khususnya di sektor pariwisata yang ada di Sumbar.
“Apresiasi inisiatif dan kolaborasi dari @bankmandiri, semoga dapat mendorong literasi keuangan digital dan berkontribusi membawa kemajuan bagi ekonomi masyarakat dan sektor pariwisata di Sumatera Barat,” tulis Wakil Gubernur Sumbar di akun Instagramnya.
Jika melihat lebih teliti, tampilan kartu e-money yang dirilis Bank Mandiri ini juga terpampang tiga destinasi wisata top yang ada di Sumatera Barat.
Tak mengherankan karena memang kartu e-money edisi spesial ini memang didesain dengan menonjolkan keindahan ikon pariwisata terkenal yang ada di Sumbar.
Ini dia 3 Pariwisata Itu
1. Kawasan Mandeh
Terletak di Pesisir Selatan Sumatera Barat dan dikenal sebagai Raja Ampat-nya Sumbar.
Secara geografis kawasan wisata Mandeh memiliki luas kurang lebih seluas 18.000 hektar dan terdiri dari 7 desa dari 3 nagari.
Terkenal sebagai Raja Ampat-nya Sumbar, kawasan ini tentu memiliki keindahan alam yang mempesona.
Memiliki perpaduan antara perbukitan yang alami dengan keindahan teluk yang dihiasi dengan gugusan pulau kecil yang berada di bagian tengah Teluk Carocok Tarusan.
Setiap pulaunya juga memiliki keunikan yang berbeda, beberapa pulau yang bisa dikunjungi di antara lain Pulau Taraju, Pulau Setan atau Sutan, Pulau Sironjong Besar, Pulau Sironjong Ketek, Pulau Marak, dan Pulau Kapo-kapo.
Kemudian pulau yang paling terkenal hingga ke mancanegara yakni Pulau Cubadak.
Keindahannya tak sampai di situ, kawasan Mandeh ini juga memiliki kekayaanbiota bawah laut yang tak main-main dan memiliki terumbu karang dengan luas mencapai 70 hektar dan masih alami.
Terdapat juga bangkai kapal Belanda yang dulunya tenggelam di kawasan ini, yakni MV Boelongan, yang kini justru menambah nilai historis pada wisata bawah laut kawasan ini.
Hutan mangrove dengan luas 398 hetakr juga berada di kawasan ini.
Dengan keindahan biota laut yang beraneka ragam dan juga ditunjang dengan keindahan Taman Nasional Laut Mandeh baik dari daratan maupun bahari, kawasan wisata ini disebut-sebut sebagai Surga dari Sumatera atau dalam bahasa Inggris, Paradise from West Sumatera.
2. Jam Gadang
Berlokasi di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jam Gadang tentu sudah menjadi ikon pariwisata Sumbar yang dikenal ke penjuru Indonesia.
Jam Gadang adalah nama yang diberikan untuk menara jam yang terletak di pusat kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Bentuknya seperti menara yang memiliki jam berukuran besar masing-masing di empat sisinya sehingga dinamai sebagai Jam Gadang yang berasal dari bahasa Minangkabau.
Selain menjadi ikon pariwisata di Bukittinggi, Jam Gadang juga menjadi saksi bisu perjalanan bangsa Indonesia di era penjajahan.
Mulai dari era penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga kemerdekaan dan masih terus eksis sampai saat ini.
Menara jam ini sudah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya sejak pertama kali didirikan pada 1926-1927.
Pada awalnya, atap Jam Gadang berbentuk bulat dan di atasnya terdapat patung ayam jantan menghadap ke arah timur saat masa pemerintahan Hindia Belanda.
Lalu perubahan terjadi pada masa pendudukan Jepang, dengan mengubah bentuk atap menjadi berbentuk seperti pagoda.
Kemudian saat Indonesia merdeka, atapnya kembali diubah menjadi bentuk atap gonjong.
3. Istana Basa Pagaruyung
Istana Pagaruyung atau Istano Basa Pagaruyung dan yang lebih terkenal dengan nama Istana Besar Kerajaan Pagaruyung adalah museum replika istana Kerajaan Pagaruyung.
Museum replika ini terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat dan menjadi salah satu ikon objek wisata budaya terkenal dengan jarang kurang lebih 5 km saja dari Batusangkar.
Pengunjung yang datang ke sini akan disuguhi panorama alam yang mempesona. Wisatawan juga tidak hanya akan dimanjakan dengan keindahan alamnya tetapi juga sekaligus bisa belajar tentang sejarah.
Bentuk arsitekturnya pun sangat menarik dengan keseluruhan bangunannya dibangun menggunakan batang-batang kayu, namun untuk saat ini bangunan sudah menggunakan struktur beton modern.
Meski demikian, Istana Pagaruyung tetap mempertahankan teknik tradisional dan penggunaan material kayu yang dihias dengan 60 ukiran berfilosofi kebudayaan Minangkabau.
Ukiran yang mendominasi istana ini adalah ukuran bunga-bunga dan dedaunan.
Selain itu, istana ini juga terdiri dari 3 lantai dan 72 tiang dan gonjong layaknya Rumah Gadang pada umumnya yang dilengkungkan serupa tanduk dari 26 ton serat ijuk.
Istana ini dihidupkan kembali sebagai pusat budaya Minangkabau dan salah satu objek wisata di Sumbar dengan dilengkapi 100 replika furnitur dan artefak antik Minang.