Nama bulan demikian ada yang sama dan hampir sama dengan nama bulan yang berlaku secara arab.
Lebih unik lagi, dalam 12 bulan tersebut ada pula tradisi dan kelaziman yang berlaku di tengah masyarakat yang berjalan sejak dunia takambang.
Saat bulan arab berada di awal tahun
yakni muharram, di padang pariaman namanya bulan tabuik, di bulan ini tabuik
piaman digelar sejak zaman saisuak.
Habis bulan tabuik datang bulan
syafar, kalau di padang pariaman disebut bulan syafa. puncak budaya tabuik
Di bulan syafa masyarakat melakukan ritual basyafa yang dipusatkan dikomplek makam Syekh Burhanuddin di ulakan.
Ada waktunya syafa gadang dan ada pula syafa ketek. Syafa gadang berlaku untuk masyarakat dari berbagai daerah di sumatera barat, malah ada juga yang datang dari malaysia.
Basyafa mulai berlaku setelah syekh
Burhanuddin wafat. Kemudian syafa ketek umumnya diikuti oleh masyarakat ulakan
tapakis dan sekitarnya.
Sehabis bulan syafar adalah bulan
rabiul awal masyarakat menyebut bulan ini dengan bulan maulud dan ada pula
habis ini bulan adiak maulud dan bulan adiak maulud kedua yang kalau bulan
arabnya dinamai dengan rabiul akhir dan jumadil awal.komplek makam Syech Burhanuddin di ulakan, lokasi masyarakat basyafa
Sementara untuk bulan jumadil akhir dinamai dengan bulan carai. Kemudian timbul pula bulan rajab yang disebut dengan bulan sambareh.
(sambareh makanan khas sumatera barat) bulan sambareh habis, datang bulan sa,ban atau bulan lamang kalau di padang pariaman (lamang/lemang makanan khas masyarakat sumatera barat).
Dibulan lamang ini masyarakat padang
pariaman melazimkan acara mengaji ka puaso disetiap rumah, artinya mengaji
dengan mengundang beberapa urang siak (ustad) yang ada dalam korong tersebut untuk
menyambut kedatangan bulan Ramadhan yang penuh dengan kemulyaan dan keberkahan.
Tradisi dan kebiasaan yang berlaku tiap
bulan itu tetap bertahan dengan segala keunikannya sesuai keadaan zaman yang
datang dan pergi silih berganti.masyarakat sedang malamang
Dulu masyarakat membuat sambareh memakan waktu lama, sekarang malah sebentar dan rasanya pun tidak kalah dengan sambareh dengan buatan orang tua-tua dulunya.
Kalau perempuan tak pandai membuat sambareh bisa juga dibeli untuk diantarkannya kerumah mertuanya atau untuk hajatan mendoa dirumah tangganya.
Dengan adanya tradisi setiap bulan
itu pula berlaku kebiasaan saling jalang manjalang antara ipar dengan besan, andan-pasumandan.
Istri bersama keluarganya mengunjungi
keluarga suaminya dengan mengantar makanan berupa sambareh yang sudah dibuat
atau dibeli tadi. sambareh makanan khas pariaman
Meskipun bulan lamang dipadang pariaman itu hanya satu bulan, tempat bulan masyarakat membuat makanan yang dimasak dengan cetakan berupa buluah/bamboo.
Ada juga pembuatan lamang ini dibuat pada bulan maulud atau pada saat tertentu kalau ada kemalangan dalam keluarga seperti adanya yang meninggal.
Dilakukan mengaji kematian dari awal
mayat dikuburkan, hingga memperingati seratus hari wafat yang kalau dipadang
pariaman disebut dengan maratuih hari.
Kalau nasib lagi rancak bulan lamang
tiba atau bulan maulud datang musim buah durian masuk pula bertemulah rueh
dengan bukunya.hidangan khas masyarakat padang pariaman saat maulud nabi si surau
Lamang akan laku keras sebab durian akan enak dimakan bila ada lamang sebagai lawannya.
Makanan yang satu ini di padang pariaman jarang sekali orang yang tak suka hampir semua masyarakat suka dengan durian apalagi kalau adapula lamanganya.