foto wikipedia |
Tari Piring, sebuah warisan budaya yang berusia ratusan tahun, terus mempesona pengunjung dengan inovasi kreatif yang mengubah cara tarian ini dipentaskan.
Menghadirkan sejarah yang kaya, tari piring memiliki akar yang dalam dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Diyakini sudah ada sejak abad ke-12 saat masyarakat masih mempersembahkan tarian ini kepada dewa-dewa yang mereka sembah.
Pada zaman dahulu, tari piring digunakan sebagai persembahan untuk memberikan ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah serta perlindungan dewa dari bahaya yang mengintai.
Dengan cerdik, masyarakat menggunakan piring sebagai alat untuk membawa sesajian kepada dewa sambil menari dengan anggun.
Tarian ini terus berkembang seiring berjalannya waktu, bahkan mencapai puncaknya pada zaman kerajaan seperti Sriwijaya dan Majapahit, meskipun dengan orientasi yang berbeda.
Meski Islam akhirnya masuk ke Sumatera Barat, tari piring tidak segera ditinggalkan, namun tujuannya mulai berubah.
Jika sebelumnya digunakan sebagai persembahan untuk dewa, tari piring kemudian berkembang menjadi hiburan semata.
Awalnya hanya menjadi hiburan di acara kerajaan, tarian ini kemudian menjadi bagian dari perayaan pernikahan. Saat ini, tari piring bahkan sering ditampilkan dalam berbagai acara hiburan.
Meski Islam akhirnya masuk ke tanah minang sumatera barat, tari piring tidak segera di tinggalkan, dengan tujuannya mulai berubah serta tidak meninggalkan budaya di ranah Minang
Jika sebelumnya digunakan sebagai persembahan untuk dewa, tari piring kemudian berkembang menjadi hiburan semata.
Awalnya hanya menjadi hiburan di acara kerajaan, tarian ini kemudian menjadi bagian dari perayaan pernikahan. Saat ini, tari piring bahkan sering ditampilkan dalam berbagai acara hiburan.
Tari piring dilakukan oleh sejumlah penari, dengan jumlah yang selalu ganjil, antara 3 hingga 7 orang.
Tarian ini dapat ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan, menunjukkan kesetaraan gender dalam budaya Minangkabau.
Tari piring memiliki, tradisi rasa syukur atas panen yang melimpah, gerakan tari piring, secara dominan menggambarkan proses, pertanian yang dilakukan oleh masyarakat pada masa itu.
Terdapat sekitar 20 gerakan yang termasuk dalam tarian ini, mulai dari gerakan pasambahan, gerakan singajuo lalai, gerakan mencangkul, gerakan menyiang, gerakan membuang sampah, gerakan menyemai, gerakan memagar.
Gerakan mencabut benih, bertanam, melepas lelah, mengantar juadah, menyabit padi, mengambil padi, manggampo padi, menganginkan padi, mengirik padi, menumbuk padi, gotong royong, menampih padi, hingga menginjak pecahan kaca.
Pada mulannya Tari piring di iringi musik tradisonal, seperti Rebana dan gong, seiring berjalannya waktu, alunan musik talempong dan saluang turut mengiringi tarian ini.
Bahkan, untuk mengikuti perkembangan zaman, tari piring semakin meluas dengan penggunaan alat musik modern seperti keyboard.