Masjid tersebut merupakan kebanggaan masyarakat Dharmasraya, yang menjadi sebuah ikon wisata religi.
Dan sekaligus sebagai pusat pendidikan tempat menanamkan nilai-nilai ketaqwaan dan penyebaran syiar Islam.
Serta sebagai untuk membangun ekonomi kesejahteraan umat sekaligus sebagai tempat wisata baru bagi masyarakat.
Tak heran banyak wisatawan baik dari Dharmasraya maupun dari luar Dharmasraya seperti dari Kabupaten Muarobungo, Provinsi Jambi, sengaja untuk melihat secara langsung kemegahan Masjid Agung Dharmasraya.Dengan lokasi yang cukup strategis di lintas Sumatera menjadikan masjid ini salah satu objek wisata religi baru di Kabupaten Dharmasraya.
Masjid Agung juga menjadi penopang utama seluruh masjid dan surau yang berada di Dharmasraya. Menjadi tempat untuk menyiapkan generasi Dharmasraya yang religi.
Masjid yang terletak di atas lahan seluas 6,26 hektare yang awalnya ini hibah dari Kementerian Pertanian RI dengan luas bangunan lantai satu dan lantai dua, 8.700 M2 dengan kapasitas jamaah lebih kurang 8.000 orang.
Keunikan dari Masjid Agung sendiri terletak dari konsep bangunan yang memakai konsep green building artinya masjid tersebut tanpa menggunakan AC.Sirkulasi udara bagus, sehingga bisa meminimalkan pemakaian lampu pada listrik disiang hari, lebih hemat daya, hemat listrik dan tentu saja ramah lingkungan.
Pintu masuk atau gerbang menuju Masjid merupakan jalan dua jalur, yang di kiri kanannya merupakan taman bunga serta di lengkapi dengan bangku-bangku tempat duduk.
Pengunjung bisa manfaatkan bangku-bangku tersebut sebagai tempat istirahat.
Serta lapangan parkir yang sangat luas dan tertata dengan rapi. Di samping bagian kanan areal masjid juga ada satu kolam besar yang berbentuk bulat.Begitu masuk ke dalam masjid, terlihat dua pintu masuk ke ruang shalat, yang cukup besar dan megah, berwarna keemasan.
Sementara ruang tempat shalat sendiri, terlihat begitu luas dan di topang dengan 12 tiang yang cukup besar, yang juga berwarna keemasan.
Dan taman tidak hanya ada di bagian depan Masjid, namun di bagian belakang masjid juga dengan di hiasi dengan taman bunga.
Menurut Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Masjid Agung Dharmasraya tersebut secara struktur, bangunan mencerminkan pola kehidupan sosial budaya masyarakat Dharmasraya dan Minangkabau pada umumnya.Masjid ini memiliki empat buah kubah yang terlihat bertingkat berjenjang seperti orang sujud artinya arsitek masjid tersebut cukup bagus.
Dengan pengertian menggambarkan masyarakat Dharmasraya yang taat dalam melaksanakan ajaran Islam dan memiliki empat menara.
“Sesuai dengan motto Kabupaten Dharmasraya yaitu Tau Jo Nan Ampek, yang mengandung arti masyarakat yang memiliki pengetahuan yang komplek tentang adat, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi,” ungkapnya.
Menurut Sutan Riska, sedangkan tau jo nan ampek juga mengandung makna yang kompleks yaitu nan ampek di syara atau agama yaitu kitab nan ampek. Terdiri dari Kitab Zabur, Taurat, Injil dan Kitab Al-Quran.Sahabat yang ampek (Khullafahurrasyid) terdiri dari Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khatab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
Imam yang Ampek, terdiri dari Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Hambali dan Imam Maliki.
Adat nan Ampek terdiri dari adat nan sabana adat. Adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat.
Tau dengan sejarah kerajaan nan ampek dalam Kabupaten Dharmasraya yaitu Kerajaan Siguntur, Pulau punjung, Padang laweh dan Kotobesar.
Selain itu, Masjid Agung juga merupakan simbol pembangunan karakter masyarakat madani di Dharmasraya.“Masjid ini tidak hanya untuk pusat ibadah. Akan tetapi juga akan menjadi pusat edukasi nilai-nilai islam yang rahmatan iil ‘alamin dan pusat penelitian,” jelas Sutan Riska.
(info padekjawapos.com)