Jika berkunjung ke Kabupaten Pasaman, tidak ada salahnya mengunjungi salah satu objek wisata sejarah Candi Tanjung Medan.
Di sana, pengunjung bisa merasakan bagaimana kehidupan di zaman Hindu-Budha. Seperti apa suasananya?
Cagar Budaya Candi Tanjung Medan merupakan candi peninggalan zaman Hindu-Budha pada tahun 1.208 saka atau 1.285 Masehi, yaitu sejak peristiwa Pamalayu di Provinsi Sumbar.
Candi Tanjung Medan berada di perkampungan Tanjung Medan, Nagari Panti Selatan, Kecamatan Panti atau lebih tepatnya terletak sekitar 20 kilometer arah utara Kota Lubuksikaping.
Secara geografis, Candi Tanjung Medan berada pada ketinggian sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut.
Situs sejarah ini berada di antara dua buah sungai yang mengelilinginya, yaitu sungai Batang Sumpur dan Sungai Pauh Gadis.
Sumber sejarah yang berkaitan dengan Candi Tanjung Medan masih belum ditemukan, sehingga latar candi tersebut belum diketahui secara pasti.
Namun demikian, berdasarkan sisa-sisa candi yang ditemukan, menunjukkan adanya kesamaan dengan candi yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang secara periodesasi berasal dari abad XIII-XIV.
Adapun latar belakang keagamaannya, berdasarkan lempengan emas yang di dalamnya terdapat mantra-mantra Budha.
Di kompleks Candi Tanjung Medan, terdapat enam buah bangunan yang tersebar pada area seluas kurang lebih 18.000 meter persegi, yaitu candi I, II, dan candi VI.
Sedangkan candi-candi lainnya hanya merupakan struktur bata yang menyisakan beberapa lapis bata saja dengan kondisi yang sudah rusak.
Candi tersebut berbentuk bujur sangkar berukuran 8,9× 8,9 meter persegi dengan tambahan penampil di sisi timur berukuran 4,05×2,95 meter persegi.
Sedangkan candi kedua berukuran 8,8×8,8 meter persegi dengan tambahan penampil dua buah berukuran 2,56×1,4 meter.
Kemudian, kompleks candi dihiasi dengan taman indah yang sering digunakan oleh pengunjung untuk istirahat sambil menikmati suasana sekitar Candi Tanjung Medan.
Menurut salah seorang warga Tanjung Medan, Zul Fahmi, 32, komplek candi banyak dikunjungi pada saat hari libur nasional seperti lebaran dan tahun baru.
Ia mengungkapkan, pengunjung biasanya paling banyak berasal dari kaum milenial dan perantau yang berasal dari daerah Kabupaten Pasaman.
“Kalau hari biasa komplek candi ini memang sepi. Meski begitu, perawatan tetap dilakukan, karena situs bersejarah dan banyak dipergunakan oleh masyarakat untuk foto prewedding dan syuting untuk pembuatan klip video,” ungkapnya.
Hal ini tentunya dapat membantu dalam memproklamirkan kondisi Kabupaten Pasaman yang kaya akan sejarah dan banyak hal yang bisa digali di daerah tersebut.
Sementara itu, Camat Panti, Akmal mengungkapkan, cagar budaya Candi Tanjung Medan merupakan wewenang dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
“Untuk perawatan dan pelestarian tidak ada wewenang dari pemerintah daerah (pemda) dan kecamata. Jadi kita hanya punya wilayahnya saja,” jelasnya kepada Padang Ekspres.
Maka dari itu, bagi siapa saja yang ingin berwisata sekaligus belajar mengenai peradaban Hindu-Budha di Provinsi Sumbar, tidak ada salahnya mengunjungi Cagar Budaya Candi Tanjung Medan di Kabupaten Pasaman.
Dilansir dari: padekjawapos.co