Piamanexplore.com-Sedekah bumi dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang berlimpah dan penghormatan terhadap leluhur. Sedekah bumi sudah berlangsung sejak lama, diperkirakan sudah ratusan tahun dan diwarisi secara turun temurun.
Oleh: Ernatip Pamong budaya ahli muda
Semua lapisan mayarakat dilibatkan dan setiap orang/jiwa bersedekah satu batang lemang, disebut juga dengan istilah lemang sedekah. Lemang sedekah setelah didoakan diperebutkan kembali oleh masyarakat yang bersangkutan.
Juru kunci, para tumbang, sesepuh desa, tokoh masyarakat, ketua adat, alim ulama dan unsur pemerintahan administrasi, diacara puncak berada di dalam rumah. Sedangkan masyarakat lainnya di luar dan sekitarnya mengikuti acara serimonial.
Inti acaranya mendengarkan wejangan/penyampaian pesan baik berupa nasehat maupun imbauan/ajakan dari para pemimpin. Akhir acara serimonial memanjatkan doa untuk keselamatan masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, mendapatkan keberkahan dari segala usaha yang dilakukan.
Harapannya agar masyarakat Desa Kertayu dan sekitarnya hidup rukun damai tercukupi kebutuhan hidup. Masyarakat Desa Kertayu, Kecamatan Sungai Keruh, Musibanyuasin, Sumatera Selatan, rutin melaksanakan sedekah bumi setiap tahun.
Sedekah bumi sudah menjadi ikon daerah tersebut sehingga dikenal oleh masyarakat secara luas. Sedekah bumi dilakukan ada kaitannya dengan musibah yang pernah menimpa masyarakat yakni mewabahnya penyakit menular.
Dikala itu ada seorang tokoh bernama Tumamia tetapi beliau lebih dikenal dengan panggilan Puyang Burung Jauh. Beliau terkenal karena sakti dan mempunyai kamampuan supranatural dan atas sarannya sedekah bumi dilakukan oleh masyarakat, waktunya setelah panen.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan sedekah bumi Puyang Burung Jauh yang menentukan. Pertama Puyang Burung Jauh menentukan penghulu sedekah/ketua yang disebut dengan istilah tumbang.
Ada 4 orang yakni tumbang dilo, tumbang ulu, tumbang ng tumbang yang menjadi penanggung jawab darat dan tumbang laut. Masing-masing tumbang akan menyediakan punjung ayam pada saat pelaksanaan sedekah bumi.
Tumbang dilo punjung ayam biring kuning, tumbang ulu punjujng
ayam putih kuning, tumbang darat punjung ayam kumbang dan tumbang laut punjung ayam
pelangas kuning. Sedangkan masyarakat menyediakan lemang sedekah sebanyak 1
batang/orang begitu juga bubur 3 warna.
Jika satu keluarga itu berjumlah 5 orang maka lemang sedekah
sebanyak 5 batang begitu juga bubur 3 warna. Masyarakat Desa Kertayu secara
administrasi terhimpun dalam 6 dusun tetapi secara adat mereka terhimpun dalam
4 tumbang. foto Arsandi
Penentuan tumbang berdasarkan hubungan kekeluargaan dan diwarisi secara turun temurun. Terkait dengan pelaksanaan sedekah bumi tumbang menjadi perantara dengan warga dalam kelompoknya.
Sedekah bumi berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Hari pertama semua masyarakat melakukan persiapan membuat lemang dan bubur tiga warna.
Sejak pagi hingga sore mereka sibuk ada yang mencari bambu ke hutan, menyiapkan santan kelapa, membersihkan beras ketan, membuat bubur tiga warna.
Menjelang malam bambu lemang telah siap dalam artian bersih dan bagian dalam dilapisi daun pisang yang muda. Demikian juga bubur 3 warna sudah disajikan dalam wadahnya yakni takir terbuat dari daun pisang.
Pada malam harinya suasana desa dimeriahkan oleh kobaran api yang terlihat di sepanjang kampung/desa. Mereka bergembira ria sambil menunggu lemang masak.
Hari kedua kesibukan masyarakat melebihi hari sebelumnya dari pagi hingga sore tidak putus-putusnya. Sekitar jam 07.30 pagi sudah terlihat para ibu-ibu menjujung talam berisi lemang dan bubur 3 warna diantar ke rumah tumbang masing-masing.
Sementara itu di rumah tumbang juga ada kesibukan yakni membuat punjung ayam.Berbeda halnya di rumah juru kunci juga disertai menyiapkan sesajen, kemenyan, padi arang hitam.
Sesajen berupa bagian dari ayam wiring kuning (diambil darah, isi perut, bulu, ujung sayap kiri kanan, ujung ekor, kaki dimasukan dalam tempurung/sayak diletekan dalam keranjang lancip. Sedangkan kemenyan diletakan dalam kendi.
Selanjutnya padi arang hitam adalah punjung yang di atasnya ada telur rebus diletakan dalam krengkeng. Tumpukan lemang dan bubur tiga warna dari masing-masing rumah tumbang dikumpulkan ke rumah juru kunci.Suasana di rumah kunci lebih rapi dari hari biasa sebab akan berlangsung acara puncak sedekah bumi. Ruang tengah rumah dibuat hidangan, berjejer punjung ayam, lemang serta makan lain untuk dimakan bersama.
Sementara lemang ditumpuk ditempat lain ada yang di rumah dan ada yang dihalaman, sehingga ada ribuan batang lemang di sana.
Setelah shalat Zhuhur dilakukan ziarah ke makom Puyang Burung Jauh, para tumbang, juru kunci membawa sesajen, padi arang hitam dan kemenyan. Sedangkan masyarakat lainnya hanya mengikuti saja tetapi ada juga yang bawa air.
Kemudian peralatan itu diletakan di sekitar makom lalu dibacakan mantra oleh juru kunci. Setelah itu barulah mereka doa bersama yang dipandu oleh ustad.
Selanjutnya mereka beramai-ramai ke rumah juru kunci untuk mengikuti acara puncak doa bersama dan berebut lemang Serimonial sedekah bumi berlangsung penuh hikmat, semua masyarakat berkumpul di sekitar rumah juru kunci, ada yang di rumah dan lebih banyak dihalaman.
Rangkaian serimonial berlangsung singkat, pesan/nasehat, ajakan yang di sampaikan oleh para pemimpin singkat dan padat. Terakhir ditutup dengan doa bersama yang dipandu oleh ustad, meminta keberkahan hidup sepanjang hayat.
Kemudian dilanjutkan dengan mencicipi makanan yang telah tersedia baru dilanjutkan berebut lemang. Para tumbang, juru kunci, sesepuh desa, tokoh adat dan undangan dari pihak pemerintah dari atas rumah melemparkan lemang dan disambut oleh masyarakat.
Caranya ada yang dilemparkan, ada yang diulurkan dan ada yang
diserbu ketempat tumpukannya. Berebut lemang adalah suasana yang dinantikan
oleh semua masyarakat.
Menurut mereka lemang yang sudah di doakan itu mempunyai
keberkahan sehingga harusdapat. suasana berebut lemang
Setiap keluarga harus mendapatkan lemang tersebut walaupun hanya satu batang. Tetapi ada juga yang mendapatkan lebih karena kelincahan dan semangatnya untuk berebut. Berebut lemang tidak dibatasi semua boleh ikut laki-aki maupun perempuan, tetapi kebanyanyakan kaum laki-laki.
Suasana ini berlangsung hingga sore menjelang magrib. Meraka pulang ke rumah masing-masing membawa lemang sedekah. Hari ketiga sedekah bumi tidak begitu banyak kegiatan hanya melarungkan sesajen ke sungai.
Biasanya tidak melibatkan masyarakat hanya dilakukan oleh juru kunci, berlangsung pada waktu setelah shalat subuh. Sedekah bumi termasuk salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Sebagaimana ciri-ciri dari warisan budaya itu lahir untuk memenuhi suatu fungsi tertentu, dalam hal ini sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kertayu memiliki fungsi penguatan identitas.
Awalnya sedekah bumi hanya sebagai bagian dari syukuran yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama. Kemudian berkembang menjadi pesta rakyat yang juga dihadiri oleh masyarakat diluar desa tersebut.
Kini sedekah bumi menjadi identitas masyarakat Desa Kertayu di Kecamatan Sungai Keruh Kabupaten Musi Banyuasin.
Bila orang menyebut sedekah bumi di Musi Banyuasin spontan teringat Desa Kertayu.
Sebab hanya masyarakat desa itu yang rutin melaksanakan sedekah bumi setiap tahun. (sumber padangekspres 18-12-22)