-->
NGx9MGB7Nap6Nax5MaRbNqN7MmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANSIMPLE103

Membangun Ekonomi Desa Dari Derasnya Sungai Batang Anai Di Padang Pariaman

LA Rafting
Piamanexplore.com-Keberhasilan Ritno Kurniawan menghadirkan Ekowisata Air Terjun Nyarai di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, tak membuatnya berpuas diri dan berhenti begitu saja.

Dia terus meramu ide memanfaatkan kekayaan alam agar memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ritno yang merupakan penerima Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards 2017 dari PT Astra International Tbk itu, saat ini tengah menjadi perbincangan wisatawan tentang arung jeram (white water rafting) yang begitu menakjubkan.

Wisata arung jeram yang dikelola oleh Ritno bersama pemuda setempat yang dikenal dengan Lubuk Alung (LA) Rafting itu, bisa dikatakan pengembangan dari Ekowisata Air Terjun Nyarai yang telah lebih dulu dibangun Ritno. Untuk LA Rafting ini, telah dimulai pada tahun 2017.

"Air Terjun Nyarai itu, posisi sekarang bisa dikatakan 80 persen masyarakat setempat yang mengelolanya, karena mereka sudah bisa mandiri. Sudah bisa jadi pemandu, sudah bisa melayani setiap pengunjung yang datang dengan baik.

Memang hal ini yang ingin dicapai Astra, menciptakan masyarakat yang mandiri," kata Ritno saat ditemui di Posko LA Rafting, Kamis (8/12/2022).

Namun Ritno tidak berpuas diri atas capaian yang demikian. Dia malah khawatir, jika hanya terfokus pada Ekowisata Air Terjun Nyarai saja, lambat laun Nyarai bisa menurun peminatnya, terlebih cukup banyak wisata air terjun di Sumbar.

air terjun lubuak nyarai foto Piamanexplore
Dikhawatirkan akan tiba masa nya Nyarai bakal sepi pengunjung. Ritno pun memutar otak demi terus eksisnya pariwisata di kampung halamannya itu. Suatu ketika, saat melihat aliran Sungai Batang Anai, terbesit ide, bahwa arung jeram potensial untuk dikembangkan.

Ada yang istimewa dengan di Lubuk Alung ini. Terutama soal aliran sungai dan drainasenya. Bagi orang yang mungkin belum pernah melihat aliran sungai yang begitu jernih dan dingin secara langsung, tentu akan terpesona melihat sungai yang melintasi tiga Nagari/Desa itu, yakni Guguak, Anduriang, dan Pasia Laweh.

Ditambah suasana alam yang masih terlihat asri serta udara yang masih segar, menambah healing benar-benar terasa sempurna.

Membangun LA Rafting

Sosok Ritno di Lubuk Alung, memang sudah tidak asing lagi.  Bahkan setiap warga bertemu dengannya, bukan nama Ritno yang dipanggil, tapi dia disapa dengan sebutan ketua. Mulai dari warga yang usianya jauh dari Ritno, hingga para pemuda sebaya denganya.

"Pai kamano tuh ketua? (Mau pergi kemana ketua?)," ucap bapak-bapak yang duduk di salah satu warung kopi di Salibutan itu, saat mendampingi Bisnis ke Desa Salibutan.

Ritno memang terbilang cukup disegani oleh warga setempat. Hal ini tidak terlepas dari perjuangannya saat membangun Ekowisata Air Terjun Nyarai pada tahun 2013 lalu itu. Namun saat membangun LA Rafting, bukan berarti Ritno langsung disambut dengan baik oleh masyarakat setempat.

Ide pria kelahiran 3 Mei 1986 itu, ditentang oleh masyarakat, karena dinilai kegiatan arung jeram terlalu berbahaya dan tidak cocok untuk dilakukan di kawasan desa tersebut. "Ada masyarakat yang sentimen, menganggap remeh, dan banyak anggapan lainnya.

LA Rafting
Tapi setelah saya ajak langsung terlibat, dan diberi pemahaman, alhamdulillah masyarakat menerima ide saya itu," ujar alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) 2011 ini.

Setelah mendapat persetujuan dan dukungan dari masyarakat, keingin Ritno untuk membangun kegiatan arung jeram turut didukung dengan datangnya bantuan perahu karet sebanyak 2 unit dari pemerintah daerah.

Dari dua unit perahu karet itu, Ritno mulai melakukan penelusuran sungai Batang Anai. Sebagai langkah untuk mempelajari medan di aliran sungai tersebut, guna memastikan kelayakan menjadi lokasi arung jeram.

Hasilnya, tidak butuh lama, berkat pengalaman Ritno dalam hal arung jeram, ternyata sungai Batang Anai dinilai layak untuk bermain arung jeram.

Setelah memastikan kondisi aliran sungai itu, Ritno pun mulai mempersiapkan paket wisata bermain arung jeram. Agar paket wisata yang ditawarkan mampu menarik minat wisatawan, dia melakukan promosi terkait arung jeram itu melalui media sosial.

Hari demi hari, Ritno tiada henti mempublikasikan keseruan bermain arung jeram melalui tayangan foto dan video.  Hingga akhirnya, berjalannya waktu, dari tahun 2017 hingga pertengahan tahun 2018, barulah usaha Ritno membuahkan hasil yang menakjubkan.

LA Rafting mendapat banyak tamu yang berminat bermain arung jeram, terutama tamu dari luar Provinsi Sumbar.

Melihat banyaknya tamu wisatawan itu, Ritno mulai membangun pengembangan tenaga skipper (pendamping selama arung jeram) "Ini kan potensi sudah bagus, saya pun meningkatkan SDM seperti untuk skipper nya," sebut dia.

Untuk menambahkan SDM ini, Ritno lebih memilih untuk mengajak pemuda setempat menjadi skipper, ketimbang mendatangkan tenaga ahli luar dari desa tersebut.

"Dalam melakukan pembinaan ini, saya menerapkan kearifan lokal, jadi skipper nya itu masyarakat setempat, tidak mendatangkan tenaga ahli dari luar daerah," kata Asesor Astra ini.

Meski di awal-awal masih sulit mengajak pemuda setempat untuk menjadi skipper, namun setelah diberi pemahaman, akhir adanya 35 pemuda yang berminat untuk dilatih.

Hingga akhirnya kini 35 pemuda tersebut, telah bergabung bersama LA Rafting dan menjadi kepercayaan Ritno sebagai skipper.

Paket Rafting Melibatkan Masyarakat

Seiring waktu berjalan, 35 skipper telah dipersiapkan dan 30 unit perahu karet telah dimiliki LA Rafting, Ritno pun mempersiapkan paket-paket arung jeram beserta SOP yang patut dipedomani bagi setiap tamu yang datang untuk bermain arung jeram.

Terdapat tiga pilihan paket yang disiapkan,

pertama paket jarak pendek yakni 4,8 km dengan biaya Rp180.000/orang. Pada paket ini pengunjung akan mendapatkan satu orang skipper, dokumentasi video dan foto, asuransi, medikal, angkutan, serta makan dan minum.

LA Rafting
Paket kedua jaraknya 8,5 km dengan biaya Rp270.000/orang, yang lain masih sama dengan jarak 4,8 km, hanya saja untuk jarak 8,5 km ini bonusnya setiap tamu diberi minuman segar yakni kelapa muda.

Paket ketiga, jarak arung jeramnya cukup panjang yakni 15,8 km dengan biaya Rp350.000/orang. Soal hak-hak yang didapatkan hampir sama dengan yang paket jarak 8,5 km, tapi untuk paket jarak 15,8 km ini setiap tamu mendapat sertifikat arung jeram dari LA Rafting.

"Sejauh ini yang paling favorit itu paket jarak 4,8 km, karena wisatawan yang datang memang mencari fun (senang) nya saja," ujarnya.

Pengunjung yang datang bermain arung jeram di sungai Batang Anai ini, kebanyakan dari luar Sumbar yakni Provinsi Riau, mulai dari keluarga hingga perusahaan-perusahaan besar di Indonesia lainnya.

Selain itu juga ada tamu yang datang dari luar negeri, hanya saja masih dalam jumlah yang sedikit. Dalam menyiapkan paket-paket ini, Ritno tidak serta merta keuntungannya hanya untuk LA Rafting semata.

Seperti halnya untuk makanan. Paket makanan itu LA Rafting melibat masyarakat di sekitar sungai yang merupakan lokasi arung jeram, untuk menyiapkan makanan atau masakan yang paling lezat untuk tamu yang bermain rafting.

Artinya yang memasak itu bukan dari rumah makan, restoran, atau sejenis lainnya. Melainkan dimasak langsung oleh masyarakat biasa, yang sudah terbiasa menyiapkan makanan untuk keluarga di rumah.

LA Rafting
Sehingga sajian makanan untuk tamu dipastikan mendapatkan masakan rasa kampung, seperti ada cabai hijau dicampur jengkol, petai, terong, dan berbagai varian masakan rasa kampung lainnya.

"Untuk memasak ini kita terapkan bergiliran. Misalnya rumah A untuk tamu tanggal satu, nanti rumah B pula untuk tamu tanggal dua, dan begitulah seterusnya," ujar Ritno.

Menurutnya dengan melibat masyarakat dan menerapkan sistem yang demikian, dampak dari keberadaan LA Rafting bisa dirasakan bersama. Karena Ritno menyadari betul, tidak bisa sendiri untuk membangun LA Rafting tersebut, tanpa warga setempat, akan sulit baginya tumbuh dan berkembang.

Dia berharap dengan melibatkan masyarakat maka akan dapat membangun perekonomian di desa. "Biasanya per tamu yang datang itu bisa lebih dari 20 orang, bisa dapat satu juta rupiah ibu-ibu yang memasak itu.

Tentu soal standar masakannya telah saya tentukan dari awal, agar tidak ada tamu yang kecewa," sebutnya.

Begitupun soal angkutan yang terdapat dalam paket arung jeram itu, Ritno menyewa kendaraan truk yang amat sederhana yang merupakan milik warga setempat. Truk tersebut nantinya yang akan membawa pengunjung dari posko ke titik kumpul arung jeram.

Selain itu ada kelapa muda, LA Rafting juga membelinya dari warga yang punya kebun kelapa, dengan cara dipetik langsung dari pohon. Artinya dalam paket wisata LA Rafting itu, Ritno hanya menyiapkan peralatan dan perahu karet arung jeramnya saja.

LA Rafting
Sementara seperti makanan, angkutan dan lain-lainnya itu, digarap oleh masyarakat. Setelah sekian lama berjalan dan semakin populernya LA Rafting, kini Ritno pun secara perlahan tidak terlalu banyak terlibat pada setiap kegiatan arung jeram tersebut.

Dengan telah adanya 35 skipper yang merupakan pemuda setempat yang telah terlibat dalam LA Rafting itu, Ritno menilai sudah saatnya LA Rafting untuk mandiri. Karena sesuai perannya sebagai Asesor Astra di Padang Pariaman itu, membina masyarakat hingga mandiri merupakan tugas yang harus dijalankannya.

"Bisa dikatakan sekarang itu, saya hanya menerima laporan dari mereka saja, terkait perkembangan LA Rafting. Selebihnya mereka yang banyak menjalankannya. Tetap kadang-kadang ada saya, tapi tidak seintens dulu lagi," ucap Ritno.

Salah seorang tamu yang pernah main arung jeram bersama LA Rafting, Wahyu menceritakan bahwa keberadaan kegiatan arung jeram di sungai Batang Anai memberikan pengalaman yang begitu berarti.

Selain menikmati pengalaman bermain arung jeram, Wahyu merasakan betul pelayanan LA Rafting terhadap tamu-tamu yang datang, begitu baik dan ramah. "Asyik pokoknya sewaktu bermain arung jeram bersama LA Rafting itu.

Hebatnya lagi masakannya itu enak, benar-benar masakan kampung, mungkin makanannya atau sambalnya itu tidak ada dijual di Rumah Makan Padang," ujar tamu dari Padang itu.

Wahyu pun merasakan betul, bagaimana kekompakan masyarakat selama berlangsung kegiatan arung jeram tersebut. Mulai dari berkumpul di posko hingga sampai ke lokasi arung jeram.

LA Rafting
"Ada truk yang sangat sederhana mengangkut saya bersama teman-teman lainnya. Saya pribadi merasakan bentul sensasi perjalanan menuju lokasi arung jeram menggunakan truk itu.

Intinya menyenangkan," cerita Wahyu. Bangkit Pasca Pandemi Covid-19 Namun ada ketika Ritno harus benar-benar turun tangan kembali, seperti halnya di masa pandemi Covid-19.

Dimana mobilitas masyarakat ketika itu sangat terbatas. Kondisi saat itu, membuat kegiatan LA Rafting dan termasuk Ekowisata Air Terjun Nyarai merasakan betul dampak masa-masa pandemi Covid-19 tersebut.

"Bagi saya hal ini tidak bisa kita paksakan seperti normal. Karena saya memahami betul ya. Kesehatan merupakan hal yang utama," ujarnya.

Ritno menjelaskan bila melihat pada kondisi normal, biasanya pengunjung yang datang mencapai 1.000 hingga 2.000 orang per bulan.

Namun pada kondisi pandemi itu, turun menjadi 50 hingga 100 orang saja per bulannya, itu pun tamunya merupakan pengunjung lokal. Keadaan itu turut dialami baik itu untuk Air Terjun Nyarai, maupun untuk LA Rafting.

Lalu jika pun ada tamu yang datang, harus betul-betul menerapkan protokol kesehatan, seperti cek kesehatan, pakai masker, dan jaga jarak.

LA Rafting
Homestay

Di tengah-tengah dilema menghujani perasaan Ritno, munculah kebijakan pemerintah yang bisa memberikan peluang untuknya membangkitkan kembali kegiatan yang telah dibangunnya itu, yakni kebijakan tentang sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) yang memberikan pedoman dan harapan bagi pariwisata.

Ritno pun mengurus segala hal yang menjadi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat CHSE itu. Hal yang dilakukan Ritno ini, karena menginginkan masyarakat dibinanya tersebut, kembali bergairah dengan tetap mengedepankan kesehatan.

Hingga akhirnya, sertifikat CHSE pun diperoleh. Ritno mulai menetapkan SOP baru bagi wisatawan yang ingin bermain rafting di sungai Batang Anai, SOP itu mengikuti aturan yang ada di CSHE tesebut. 

Dengan adanya kebijakan pemerintah di masa pandemi Covid-19 itu, Ritno mulai merasakan ada perubahan terkait kunjungan wisatawan dari pekan ke pekan, bulan ke bulan. Adanya secercah harapan itu, Ritno pun bergerak membina masyarakat untuk membuat homestay.

Dia mendatangi satu per satu rumah warga yang bisa untuk dijadikan homestay, dengan standar sesuai syarat yang tertera pada CHSE. "Kita siapkan homestay bagi tamu yang datang luar daerah, biar mereka nyaman.

Harga sewa homestay

Murah malahan hanya Rp60.000 per malam per orang," jelasnya. Dengan adanya ide Ritno menjadikan rumah warga sebagai homestay, tentu hal itu memberikan manfaat kepada tamu, dan ada cuan bagi pemilik rumah.

Seiring waktu berjalan, kini setelah berangsur membaiknya kondisi pandemi Covid-19, LA Rafting semakin banyak diminati. Ekonomi masyarakat kembali menggeliat. Suasana hiruk pikuk aktivitas masyarakat pun terlihat.

LA Rafting
Ada senyum bahagia terlihat pada wajah-wajah penduduk desa di Lubuk Alung itu. "Nah, hal yang saya inginkan itu, ya seperti yang telah dirasakan dan dilihat saat ini.

Hasilnya bisa dinikmati bersama, bahagia bersama, dan bangkit bersama. Karena untuk mencapai kondisi sampai saat ini, saya tidak bisa sendiri, tapi ada banyak orang yang terlibat, terutama masyarakat," tutupnya.

Artikel ini di ambil dari “sumatra.bisnis.com” dengan judul membangun ekonomi desa dari derasnya sungai batang anai.

 

Share This Article :
1745663973787222366

Presiden Matta Malaysia Kunjungi Dan Kagumi Rumah Gadang Museum Bustanil Arifin Padang Panjang

Piamanexplore- Presiden Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA), Dato' Seri Muh Khalid beserta Istri Akhnidar Binti Ahma...