pelaminan khas Sumbar |
piamanexplore.com-Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral dan akan sangat berkesan bagi kedua mempelai dan juga keluarganya. Banyak tradisi adat di Indonesia yang membahas mengenai acara pernikahan, Tradisi tersebut dilakukan turun-temurun dan dapat dikatakan sebagai kekayaan yang harus tetap dilestarikan.
Tradisi sama dengan Adat Istiadat, konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya disuatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam bidang sosial kebudayaan itu (Koentjaraningrat 1987: 187).
Soekanto (1987:13), juga mengemukakan pendapatnya mengenai trradisi yaitu perbuatan yang di Gelakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama.
Tradisi pernikahan di Pesisir Selatan, Sumatera Barat dibagi menjadi beberapa tahap. Diantaranya, manapiak bandu (melamar), duduak mamak (meminta izin), batimbang stando, malam bainai, babako-babaki,, manjapuik marapulai, panyambutan marapulai, pernikahan, nasi sampek, dan basandiang.
Beberapa tahapan tersebut dilakukan dengan leksikon yang berbeda-beda. Menurut Kridalaksana (1984:114), leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa.
Disamping itu, leksikon merupakan kekayaan kata yang dimiliki oleh benda-benda tertentu, seorang penulis, dan seorang pembicara.
Di daerah Pesisir Selatan, Sumatra Barat memiliki tradisi manjapuik marapulai yang menarik. Manjapuik Marapulai dilakukan oleh pihak keluarga mempelai wanita.
Ketika penjemputan itu selesai, maka mempelai laki-laki beserta keluarga akan datang ke rumah.
Mempelai wanita dengan membawa Bungo Si Gadang. Bungo Si Gadang tersebut berisikan pangan dan sandang untuk bekal mempelai laki-laki di rumah istrinya dan hadiah bagi mempelai wanita.
Tidak hanya itu, Bungo Si Gadang itu juga diiringi oleh Dulang-dulang yang berisikan kue-kue yang dibawa oleh para saudara perempuan dari pihak laki-laki.
Namun, sayangnya tradisi tersebut tidak dapat dijumpai diseluruh daerah Pesisir Selatan. Karena perkembangan zaman, tradisi dari leluhur tersebut semakin dilupakan.
Disetiap isi dari Bungo Si Gadang dan Dulang-dulang yang mengiringinya, memiliki leksikon atau makna yang baik untuk kedua mempelai.
Karena orang-orang zaman dahulu tidaklah semena-mena melakukan.msuatu hal tanpa maksud tertentu. Bungo Si Gadang merupakan seserahan sebagai buah tangan dibawa oleh keluarga mempelai laki-laki ketika pergi ke rumah mempelai perempuan.
Bungo Si Gadang itu sendiri dibuat oleh keluarga ayah dari pihak mempelai laki-laki yang biasanya disebut sebagai Induak Bako.
Bungo Si Gadang itu berisi segala keperluan mempelai perempuan yang disajikan dalam sebuah dulang besar yang diberi asesoris di atasnya yang menyerupai bunga-bunga.
Keperluan tersbebut terdiri dari:
1.Bagian luar
Bagian luar dari Bungo Si Gadang ini merupakan harapan keluarga mempelai laki-laki yang sama-sama mereka hantarkan ke rumah mempelai perempuan.
Harapan tersebut yaitu berupa dulang besar yang menjadi penyangga isi dari Bungo Si Gadang dan hiasan yang ada di atasnya. besar tersebut dimaknai dengan peranan suami terhadap istrinya, yaitu mengayomi, melindungi, merangkul dan menjadi panutan yang baik untuk istri dan keluarga.
Sedangkan hiasan berupa bunga-bunga di atas dulang tersbeut yaitu dimaksudkan dengan keharmonisan keluarga baru tersebut.
2.Bagian dalam
Bagian dalam Bungo Si Gadang, yaitu:
a. Sandang
Sandang yang disediakan oleh keluarga besar mempelai laki-laki yaitu terdiri atas: Bakaian sacabiak Babaju baraok Bagincu babadak
baminyak bakaco Basapatu batarompa Sandang di atas dimaksudkan sebagai bentuk kepedulian keluarga mempelai laki-laki terhadap pakaian menantu perempuannya.
Hal tersbeut juga dimaksudkan bahwasanya melengkapi kebutuhan sandnag atau pakaian istrinya adalah suami. Suami boleh saja meminta kepada keluarga besarnya untuk mencukupi sandang istrinya.
Karena Minangkabau merupakan daerah yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, oleh sebab itu citra perempuan sangatlah baik sehingga diistimewakan.
b.Pangan
Tidak hanya sandang, isi dari Bungo Si Gadang juga terdapat pangan yang merupakan bahan makanan maupun makanan jadi yang diperuntukkan untuk mempelai perempuan.
Hal tersbeut bukanlah tanpa maksud, namun pangan akan menjadi kebutuhan utama bagi kedua mempelai menjalani kehidupan barunya.
Isi Bungo Si Gadang ini bermaksud bahwasanya kebutuhan pangan atau makanan seorang istri merupakan tanggung jawab mutlak suaminya. Oleh sebab itu, Bungo Si Gadang menjadi penanda tugas suami kepada istrinya.
Tradisi pernikahan di setiap wilayah tentunya berbeda-beda.
Di daerah Sumatera Barat, Pesisir Selatan pihak laki-laki membawa hantaran yang
memiliki leksikon yang berarti bagi kedua mempelai.
Hantaran tersebut yaitu
berupa Bungo Si Gadang yang di dalamnya ada sandang dan pangan yang diletakkan
di atas dulang besar dan dihiasi dengan indah. pelaminan khas Minang
Hal tersabut menjadi lambang harapan yang dibawa oleh keluarga mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan bagaimana nantinya kelangsungan kehidupan kedua mempelai tersbebut. Namun, tradisi tersebut semakin terkikis oleh perkembangan zaman.
Oleh sebab itu, tradisi yang menjadi jati diri daerah tersebut harus terus dilestarikan agar nanti generasi berikutnya masih mengetahui adanya hantaran dari pihak laki-laki di prosesi pernikahan. Singgalang,13,11,22