Perpustakaan Nasional RI memberikan anugerah penghargaan Nugra Jasadharma Pustaloka kepada Tuanku Surau Simauang, Alfitmon Malin Bandaro atas kepedulian dalam pelestarian naskah kuno.
Dalam surat pemberitahuan yang diterima pengelola Surau Simauang, ditandatangani Plt.Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Negara RI, Ofy Sonana, tertanggal 13 Oktober.
Surat tersebut menyatakan, pengelola Surau Simauang, Nagari Sijunjung, Kabupaten Sijunjung dinobatkan sebagai Pelestari Naskah Kuno Terbaik se-Indonesia.
Hingga kemudian secara resmi Tuanku Surau Simauang, Alfitmon Malin Bandaro, diundang ke Jakarta untuk mengikuti prosesi serah terima piagam penghargaan tepatnya pada Malam Penanugerahan Gemilang Perpustakaan Nasional, 14 November.
Suksesi tersebut didapatkan berdasarkan hasil verifikasi dan seleksi naskah kuno yang tertuang dalam berita acara penilaian No. 1518/3/JPI.03/IX.2022. Serta ditetapkan berdasarkan surat keputusan Kepala Perpustakaan Nasional No.236 Tahun 2022 tentang penetapan penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka Kategori Pelestarian Naskah Kuno.Tuanku Surau Simauang, Alfitmon Malin Bandaro menuturkan, pihaknya merasa bersyukur atas penghargaan tersebut. Atas nama pengelola Surau Simauang dan masyarakat ia pun mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah ikut membantu, baik secara fisik maupun nonfisik.
Tak terkecuali pula atas segala dukungan dari Pramono dari Universitas Andalas (Unand). Akademisi ini menurutnya telah membimbing dan banyak membantu dalam upaya pelestarian naskah kuno di Surau Simauang.
Lebih lanjut dijelaskan Alfitmon Malin Bandaro, Surau Simauang merupakan sebuah surau tua peninggalan Syekh Malin Bayang. Di dalamnya sekaligus terdapat banyak bukti sejarah, di antaranya dalam bentuk manuskrip kuno arab melayu dan kitab-kitab kuno kainnya.
Bahkan di sini juga tersimpan sebuah tafsir jalalen asli yang terbuat dari kertas pertama buatan eropa, tinta getah juga, sampul kulit unta. Semua itu adalah peninggalan semasa Syekh Malin Bayang.Berikut kitab kuning, nizan qurub (ilmu taqwin, hisab dan falaq), fiqih, tasawuf, tauhid, ilmu kitab, perukunan, hingga ramuan obat, dan lain sebagainya. Bila ditelusuri secara detail demua manuskrip berasal dari para syekh dan guru-guru terdahulu, dikumpulkan berbagai penjuru negeri, serta sebahagian lainnya ditulis langsung Syekh Malin Bayang.
Setelah kembali disusun dan dikelompokkan sesuai jenisnya, dibantu tim akademisi Unand, UNP, UIN , jumlah naskah/manuskrip milik Surau Simauang seluruhnya tercatat mencapai 88 kelompok. “Awalnya 86 kelompok, namun setelah disusun ulang, menjadi 88 kelompok,” ujarnya.
Disebutkannya, di kompleks Surau Simauang terdapat lima gedung, dengan gedung utamanya adalah Surau Tua (Surau Simauang), berdinding kayu, lantai kayu, dan atap seng lancip.
Kemudian didukung empat gedung lainnya, yakni gedung pustaka tempat penyimpanan manuskrip kuno, rumah tempat tinggal imam Surau, serta fasilitas komplek pemakaman dan Surau Baru (masih bernama Surau Simauang-red) tempat ibadah para jamaah sehari-hari.Dengan adanya penghargaan dari pemerintah pusat ini, diharapkan ke depannya berbagai pihak juga ikut peduli terhadap nilai-nilai sejarah peninggalan leluhur, dan syiar Islam senantiasa semarak.