Balai pelestarian nilai budaya provinsi Sumbar
Ukiran rumah gadang warisan budaya bergenre seni bila merujuk pada undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, merupakan bukti nyata dari masterpiece masyarakat minangkabau. Ukiran rumah gadang keberadaannya sekaligus menjadi bukti dari tetap pentingnya kearifan lokal (local wisdom) masyarakat matrilineal di sumatera barat di pelajari.
Melalui ragam motif ukiran yang terpahat eksotis menghiasi hampir seluruh bagian dindingnya yang bersifat tradisional sesungguhnya terekam peradapan leluhur. Seyogyanya hal tersebut perlu untuk tetap dilindungi dimanfaatkan serta dikembangkan bagi pemajuan kebudayaan masyarakat pemiliknya.
ukiran yang ada didinding rumah gadang |
Pembuatan ukiran tradisional minangkabau dilakukan dalam beberapa tahap. Proses awalnya adalah menentukan ragam atau motif yang akan dibuat. Setelah ditentukan motifnya, langkah selanjutnya membuat pola motif ukiran pada kayu surian yang biasa digunakan sebagai media. Pembuatan pola motif ukiran bisa dengan cara menggambar motif pada kayu atau menjiplak dengan menggunakan cat semprot.
proses pembuatan ukiran |
Kemudian tahap mengukir secara dalam. Yaitu dengan membuang dasar kayu sehingga memberi kesan tinggi pada bagian ukiran yang ditonjolkan. Setelahnya bagian yang tertinggal adalah bagian motif yang disebut dengan corak ukir yang segera akan dibersihkan serta dihaluskan, kemudian diberi warna.
berbagai macam nama ukiran khas minang |
3 motif ukiran yang kerap tampak menghiasi dinding rumah gadang minangkabau, yaitu motif ukiran itiak pulang patang, motif ukiran siriah gadang, dan motif ukiran pucuak rabuang.
Motif ukiran itiak pulang patang senantiasa dikaitkan dengan cerita tentang itiak (bebek) yang tampak berjalan secara beriringan, terlihat seperti barisan yang rapi tanpa ada yang akan saling mendahului. ketika melewati pematang sawah rombongan itiak akan tampak berupaya mendaki secara perlahan dalam formasi yang tetap berpola.
motif itiak pulang patang |
Disebut pulang patang, Gerombolan itiak konon belum akan pulang kandang selagi belum kenyang, biasanya akan tampak dalam perarakan panjang dikala hari sudah beranjak sore. Artinya apabila sudah kenyang itiak akan pulang dengan sendirinya, serta tidak terlihat adanya yang membawa bekal apapun.
Itiak ternyata meninggalkan sisa makanan yang ada dialam untuk memenuhi kebutuhan makan pula pada keesokan harinya. Pelajaran pentingnya adalah, masyarakat Minang tidak boleh rakus, karena yang diperlukan sesungguhnya adalah mengambil secukupnya sesuai kebutuhan.
Motif Ukiran Siriah Gadang. Ragam motif yang sering dijumpai didinding rumah gadang Minangkabau. Siriah sering digunakan sebagai kelengkapan isi carano pada upacara adat. Idrus Hakimi Dt. Rajo pangulu (1994) menyebut dengan,
siriah gadang |
Ungkapan tentang siriah ini mengajarkan masyarakat minang tentang keteguhan, keterbukaan , ketermanfaatan, keramah-tamahan serta pentingnya persatuan dan kesatuan dalam semangat berempati dan antar sesama.
Motif Ukiran Pucuak Rabuang motif ukiran tradisional minangkabau yang juga sering dijumpai dibagian tiang dan dinding rumah gadang. Rabuang (bambu muda) digemari oleh masyarakat Minangkabau untuk dijadikan olahan makanan. Terkait keberadaannya sebagai motif ukiran, pucuak rabuang sarat dengan nilai filosofi kehidupan. Pahatan motif yang mengarah keatas seperti akan menembus langit mengisyarakatkan bahwa masyarakat Minang harus memiliki tekad yang kuat umtuk mencapai cita-cita.
Tumbuhan bambu yang sejak kecil sampai tuanya tetap bermanfaat, ketika muda untuk bahan makanan sementara ketika tua dan lentur akan diolah menjadi berbagai bentuk peralatan sekaligus menyiratkan pesan kearifan bahwa masyarakat minang mesti menjalani hidup yang berguna bagi orang banyak.Ukiran rumah gadang Minangkabau, konon tempo dulu diwarnai dengan pilihan warna tumbuhan seperti pinang yang memberikan warna coklat kemerahan, warna kuning dari kunyit atau warna hijau dari daun komposisi motif ukiran Minangkabau pun mempunyai bentuk yang relatif sama, yaitu adanya perpaduan antar garis lingkaran, segi empat, serta bentuk daun, buah, bunga tangkai dan ornamen lainnya.
Pola ukiran juga memiliki pengulangan dan selalu bersilangan. Komposisi artistik ini merefleksikan pesan kearifan dalam konteks kehidupan dalam masyarakat pesan kearifan dalam konteks kehidupan masyarakat Minang yang agamis, yaitu proses hidup yang mesti mampu menyadarkan pada keagungan yang maha kuasa, pencipta sekaligus pemelihara hidup dan kehidupan itu sendiri.
#RumahMinang