Piamanexplore.com-Mencari cubodak, Tradisi unik yang masih bertahan di tengah arus modernisasi dan sistem upah kian menjalar ke pedalaman Minangkabau. Tradisi ini berakar pada upacara perhelatan adat dan ritual keagamaan dalam relasi berkeluarga maupun bernagari di jorong kampung talawi, nagari muaro paiti dan sekitarnya diwilayah kecamatan kapur IX kabupaten 50 kota sumatera barat.
Menariknya dalam tradisi ini terdapat unsur penting yang mesti ada yaitu pohon nangka, perempuan, gotong royong dan kenduri- kenduri tak heran bila tradisi mencari cubodak menjadi buktui relasi sosial seseorang.
Buah nagka muda merupakan bahan baku utama untuk membuat gulai nangka. Masyarakat kabupaten 50 kota menyebutnya pongek cubodak. Gulai ini menjadi ikon bagi tetangga nagari muaropaiti yang dikenal dengan pongek cubodak nagari situjuah.
Masakan bersantan dan berbumbu rempah ini wajib tersedia disetiap jamuan kenduri dengan prosesi tradisi mencari cubodak namun pongek cubodak juga termasuk kuliner yang diperjualbelikan, yang tidak ada kaitannya dengan tradisi ini.
Tradisi mencari cubodak lebih dari sekedar memetik buah nangka untuk dimasak dan dikonsumsi sebagai sayur pelengkap nasi atau lontong. Tradisi ini merupakan proses awal sebelum memasak pongek cubodak dalam rangkaian kegiatan baghorak (memasak bersama-sama) bagi masyarakat jorong kampung talawi dinagari muaropaiti dalam setiap prosesi kenduri.
Tradisi mencari cubodak yaitu kebiasaan turun temurun yang menjadi tugas dan tanggung jawab sejumlah perempuan yang telah menikah untuk mencari buah nangka muda disekitar tempat tinggalnya. baik memetik sendiri maupun meminta kepada tetangga untuk dipersembahkan dan diolah secara bersama-sama. Syaratnya harus diperoleh dengan cara halal bukan barang curian dan tidak boleh juga diperjualbelikan.
Orang mencari nangka muda adalah wanita yang sudah menikah yang merupakan orang pendatang bagi keluarga besar suaminya yang sedang menyelenggarakan hajatan. Urang masuk ini berarti seorang istri, seorang menantu perempuan dan seorang ipar perempuan di keluarga suaminya.
Ia kadangkala dapat berperan sebagai sumandan atau pengiring pengantin ketika terlibat dalam adat pernikahan-perkawinan. Ia seperti seorangh sumando yang tidak punya keputusan untuk keluarga besar pasangannya.
Pekerjaannya hanya sebaras pelengkap dari suatu kenduri, namun perannya sangat penting. Mereka memiliki posisi khusus dalam rangkaian kegiatan baghorak seperti dalam kegiatan mencari cubodak.
Peran mereka mencari cubodak tidak bisa digantikan oleh orang lain, diupahkan, dibeli, apalagi di curi sementara perempuan itu tidak selalu dapat menunaikan kewajibannya.
Ketika menantu perempuan tidak dapat menunaikan kewajibannya karena sakit, kemalangan meninggal, atau sudah tua, maka ipar bagi keluarga besarnya istri dari adiknya sendiri wajib menggantikan perannya.
Persoalan muncul ketika keluarga intinya tidak ada menantu perempuan yang dapat menggantikan peran itu oleh karena anggota keluarganya perempuan semua.
Maka tugas itu dapat diwakilkan kepada istri sepupunya. Ia tidak dapat mengalihkan tugasnya ini kepada laki-laki manapun, sekalipun kadangkala pohonnya harus dipanjat ataupun dikait.
Mereka mencari cubodak menggunakan alat, seperti pisau, parang, atau sabit dan penggalah, mereka pula yang mengupas hingga hingga memasaknya dengan dibantu oleh sanakm keluarga lainnya, umumnya dengan sesama urang masuak.Jika keluarga besar itu memiliki beberapa menantu perempuan maka semuanya mesti ikut terlibat memasak pongek cubadak dan kuliner lainnya.
Pongek cubodak akan dimasak dengan campuran kikil atau daging sapi maupun dengan kaki atau daging ayam. Jumlah antara daging dan buah nangkanya berbanding terbalik. Biasanya lebih banyak buah nagka dan kuah santannnya yang pedas dan gurih beraroma rempah ketimbang dagingnya.
Pongek cubodak seperti inilah yang kerap membantu meringankan beban biaya kuliner tradisional yang terbilang mahal bagi keluarga yang sedang mengadakan kenduri perhelatan ataupun kematian.
Selain acara kenduri keluarga, acara adat dan keagamaan yang terkait dengan tradisi mancari cubodak dinagari muaropaiti biasanya terkait acara bolek atau alek (perhelatan pernikahan) khatam alquran,sunat rasul dan turun mandi.
Jika untuk pesta nagari seperti pengangkatan penghulu dan khatam Alquran mencari cubodak dilakukan hampir seluruh perempuan dewasa yang ada dinagari.
Sam dengan tradisi mencari cubodak diacara keluarga, perempuan diacara bolek nagari juga membawa kelengkapan dan peralatan memasak, masing-masing mencari cubodak dua buah dan membawanya ketika hari acara bolek nagari dimulai.
Mereka memasak bersama-sama, makan-bersama-sama dan membungkus bersama-sama, jumlahnya dibuat hampir dua kali lipat perkiraaan orang yang akan hadir yaitu untuk dimakan di acara pesta dan dibungkus.
Pongek cubodak dibungkus sendiri-sendiri oleh kaum perempuan dijinjing untuk dibawa pulang dan dimakan oleh anggota keluarga di rumah masing-masing, adat dan tradisi ini masih bertahan hingga sekarang.
Tradisi memncari cubodak untuk kegiatan bersama dinagari ini menjadi bagian dari sistem nilai masyarakat adat setempat. Orang yang masih menjalankan tradisi ini dipandang sebagai urang nan tau jo adaik (orang yang tau dengan adat) atau urang bajiniah (orang yang punya penghulu, manti, dubalang dan malin).
Bila perempuan sebagai pengemban tradisi ini mengelak dari tugas dan tanggungjawabnya maka masyarakat sekitarnya juga akan mengabaikannya dalam berbagai sendi kehidupan.
Label urang nan indak tau jo adaik atau urang nan indak bajiniah (tidak terjinih/asal-usul pun cepat melekat sanksi sosial yang cukup berat.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dari tradisi mancari cubodak ini adalah rasa gotong royong sesama warga jorong dan nagari. Sikap saling membutuhkan dan saling memberi yang jauh dari sifat individualis akan menjaga mereka dari tuntutan adat yang cukup berat bila dipikul sendiri-sendiri.
Masyarakat juga diajak untuk saling ikut menjaga silaturahmi dan berinteraksi dengan saling mengunjungi dan meminta kebutuhan adat, seperti buah cubodak dan bumbu-bumbu masak yang ada dipekarangan rumah.
Mereka juga akan memahami sikap malu bial tidak meminta izin mengambil milik orang lain atau mencuri, hal inilah yang mebuat mereka selalu bisa bertahan dalam sesulit apapun situasi ekonomi.
Tradisi mancari cubodak dijorong kampung talawi, nagari muaropaiti kabupaten 50 kota dan sekitarnya masih lestari hingga kini walau sistem upah dan uang terus mengancam.
Salah satu ancaman tradisi ini adalah merebaknya bisnis katering makanan siap saji jika sampai mempengaruhi gaya hidup masyarakat miangkabau hingga kewilayah kabupaten di provinsi sumatera barat.
#piamanexplore.com