Piaman adalah sebutan untuk kota pariaman dan kabupaten padang pariaman. Sebab dalam budaya bajapuik ini masyarakat kota pariaman dan kabupaten padang pariaman adalah satu hanya saja wilayah administrasi yang memisahkan.Kok bisa sih perempuan yang ‘beli’ laki-laki?
Pandangan ini sering kali dibayangkan tentang orang Minang. Memang sih, orang Minang terkenal dengan garis keturunan matrilineal atau berdasarkan garis ibu yang lebih banyak mengangkat derajat perempuan. Terus kenapa kok jadi perempuan yang seolah membeli laki-laki? Sebenarnya istilah yang tepat bukanlah dibeli tapi dijapuik atau dijemput. Namun tradisi ini hanya terjadi untuk daerah tertentu saja.
Kalau di Bugis kita mengenal ada uang Panai’, di mana pihak laki-laki memberikan harta ke perempuan, di Pariaman justru pihak perempuanlah yang memberikan harta ke laki-laki ketika nikah.
Tradisi uang Japuik atau "Bajapuik" ini hanya berkembang di daerah Pariaman saja, di daerah lainnya nggak ada kok.
Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Terletak di pesisir pantai kota ini berjarak sekitar 56 km dari kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau.
Berbeda dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Sumatera Barat, tradisi dan budaya nikah di Pariaman memiliki keistimewaan tersendiri dalam proses adat nikah.
Ciri yang khas dari adat nikah di Pariaman ini adalah "Bajapuik" yaitu keluarga mempelai pengantin perempuan datang ke rumah mempelai laki-laki dan memperundingkan besaran uang jeputan "Japuik" yang akan dibayarkan.
Jadi tenang saja, kalau seandainya pasangan laki-laki kamu orang Minang yang bukan berasal dari piaman. Masih aman, kamu nggak perlu membayar uang jeputan itu.
Uang Japuik itu bukan berarti membeli suami. Banyak makna yang kita orang awam tidak mengerti. Begitulah cara dan budaya mereka untuk saling menghormati dan menghargai.
Uang Japuik merupakan sebuah tradisi perkawinan yang menjadi ciri khas daerah Pariaman. Sebuah proses kewajiban pemberian sejumlah emas, uang atau benda yang bernilai ekomomis dari keluarga pihak cewek kepada pihak cowok yang diberikan sebelum akad nikah dilangsungkan.
Banyak makna yang tersimpan dari uang Japuik dan tidak semuanya bermaksud merendahkan ataupun membeli seseorang. Pada dasarnya ini bukanlah transaksi perdagangan manusia, sebenarnya ini hanya sebuah budaya untuk memuliakan pasanganya dengan caranya masyarakat piaman.
Bagi orang Piaman sendiri uang Japuik ini merupakan tanda penghargaan kepada masing-masing pihak yang akan menikah. Bagi orang awam, banyak pesan yang tidak bisa kamu pahami.
Salah satu alasan budaya ini ada, untuk meningkatkan derajat laki-laki. Karena pada dasarnya laki-laki Minang tidak memiliki banyak hak seperti kaum wanitanya
Sebagaimana diketahui, masyarakat Minangkabau memiliki sistem kekerabatan matrilineal yang manganut garis keturunan ibu. Semua harta warisan baik tanah, rumah gadang dan lainnya jatuh ke tangan anak perempuan.
Sedangkan si laki-laki tidak mempunyai hak terhadap harta waris yang ada. Karena dalam sistem matrilineal posisi suami (urang sumando) merupakan orang datang.
datang karano dipanggia tibo karano dianta (datang karena dipanggil tiba karena diantar) diwujudkan ke dalam bentuk prosesi Bajapuik dalam perkawinan.
Sejarah dulunya, kebanyakan orang Piaman merupakan orang yang kurang secara ekonomi dan cuma bekerja sebagai nelayan, sehingga untuk mengangkat derajat calon suami mereka tersebut, keluarga perempuan pun menjemput dan memberikan sejumlah harta untuk calon suaminya dengan tujuan mengangkat derajat calon suami dan memberikan gelar pada suaminya.
Jadi uang yang diberikan tadi akan digunakan untuk membiayai pernikahan mereka. Makna untuk saling menghargai inilah yang menjadi prinsip dasar dari tradisi Bajapuik.
Kalau alasan ini masih kontroversial, uang Japuik di Piaman terinspirasi dari Nabi Muhammad SAW meminang Siti Khadijah
Piaman merupakan tempat berkembangnya agama Islam pertama di Sumatera Barat.
Agama Islam masuk ke Indonesia melalui daerah Aceh. Daerah Piaman merupakan salah satu tempat berkembangnya agama Islam, sehingga orang-orang Piaman sangat memegang teguh agamanya.
Demikian pula tradisi Bajapuik. Tradisi ini terinspirasi dari kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah. Ketika Siti Khadijah menaruh hati pada Rasulullah dan ingin menanyakan pada Muhammad apakah bersedia menjadi suami Khadijah.
Namun Siti Khadijah berniat menghormati Muhammad, ia pun memberikan sejumlah hartanya pada Muhammad agar beliau dapat mengangkat derajatnya dari seorang pemuda miskin menjadi pemuda yang setara dengan Siti Khadijah. Akhirnya Siti Khadijah dan Muhammad pun menikah. Siti Khadijah pun setelah menikah sangat menghormati suaminya dengan memanggil gelarnya, junjungannya.
Uniknya lagi, dulu uang Japuik dihitung bukan dengan uang tapi ameh (emas)
Dulunya alat ukur untuk uang japuik ini bukanlah dengan uang melainkan dengan ameh atau emas. Besar uang Japuik itu dihitung sekitar satu ameh setara dengan 2,5 gram emas. Kalau tidak bisa membeli emas akan tetap ditentukan dalam uang rupiah yang nilainya sama dengan hitungan ameh.
Semakin tinggi nilai uang Japuik yang diberikan, menunjukkan semakin tinggi status sosial si cowok . Harganya bisa berbeda-beda tergantung dari strata sosial. Jika si cowok merupakan orang keturunan bangsawan atau mempunyai gelar bangsawan seperti sidi, bagindo atau sutan, maka nilai uang Japuiknya akan semakin tinggi.
Tenang saja, untuk jumlah nilai uang biasanya diberikan bisa dimusyawarahkan tergantung antara dua keluarga. Semuanya bisa dibicarakan kok
Kalau dulu uang Japuik ditentukan oleh gelar bangsawan. Sekarang nilai uang Japuik ditentukan oleh tingkat pendidikan, pekerjaan dan jabatan si cowok di dunia. Pada zaman sekarang, nilai uang jemputan bisa diganti dengan uang rupiah biasa, hewan atau kendaraan.
Besar uang Japuik misal profesinya orang biasa, dia dijemput dengan uang senilai Rp. 5.000.000, sedangkan bila ia adalah sarjana, guru, dokter akan dijemput dengan uang senilai Rp. 10.000.000-Rp.20.000.000 bahkan lebih
Namun nggak perlu khawatir, semua ini permasalahan uang Japuik ini bisa dirundingkan antara kedua keluarga yang akan menikah.
Hal ini yang belum banyak orang tahu. Uang Japuik itu memang diberikan ke pada pihak laki-laki, tapi uang itu nanti akan dikembalikan lagi ke pihak perempuan
Pada praktiknya memang ada pemberian uang Japuik dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki dalam pernikahan adat Piaman. Namun uang itu akan dikembalikan lagi dalam sebuah upacara adat yang disebut manjalang mintuo dan proses ini dilakukan setelah acara pernikahan kedua mempelai selesai dilakukan.
Setelah acara pernikahan selesai, ada tradisi Manjalang Mintuo. Pada acara ini lah uang japuik akan dikembalikan dalam betuk perhiasan kepada anak daro yang terkadang jumlahnya dilebihkan oleh ibu marapulai.
Bisa dikatakan sebagai bentuk penghormatan atas pemberian uang Japuik oleh pihak perempuan sebelum proses menikah lalu, si pihak laki-laki akan memberikan atau mengembalikan uang Japuik yang pernah diberikan dulu dalam bentuk perhiasan kepada pihak wanita.
Hebatnya lagi, dalam proses ini perhiasan yang diberikan biasanya akan melebihi uang Japuik yang diberikan pihak wanita kepada pihak laki-laki dulu.
Mungkin bagi kita yang tidak mengetahui secara pasti makna di balik tradisi uang Japuik di Pariaman itu akan berpandangan berbeda-beda. Nah, mungkin kamu pernah punya pengalaman atau punya teman yang memakai tradisi ini? atau kamu punya saran dan pendapat mengenai tradisi ini.
#Histori Minang