Zaman itu semua pedati dari rantau (pariaman) harus bermalam dulu di kayu tanam, Biar perjalanan aman. Sekali berangkat berombongan 10 pedati. Di daerah rantau iko namonyo PADATI KA DAREK. DAREK istilah nama untuk padang panjang dan Bukitinggi.
Cerita Wilda Fitriani Misteri Jalur Lembah Anai
Bermula saya menemui fhoto ini di sebuah group media sosial yang mana foto ini sekitaran tahun 1880 namun tidak diketahui siapa yang memotret nya.
Melihat foto air mancur pada masa lampau yang jauh berbeda dari apa yang kita lihat pada sekarang ini yang dahulunya dilalui oleh pedati yang ditarik oleh seekor kerbau yang besar dilembah anai waktu itu. teringat saya pada cerita sang kakek saya yang dulu membawa padati dari rantau (Pariaman) menuju darek (Padang panjang), orang Pariaman dahulu nya mengatakan darek itu seperti Padang panjang, bukik tinggi, batusangkar, payakumbuh.
Lembah Anai ini dulunya sering dilalui oleh pedati yang membawa kelapa, dan tempurung yang diantar kedarek. dan balik dari darek mereka membawa kapur untuk dibawa ke Pariaman.
Dan dilembah Anai ini juga dulu nya banyak penyamun (perampok bahasa sekarangnya).
Kakek saya dulu seorang petani dan pembawa pedati yang dulunya membawa tempurung ke darek dari pariaman, Balek dari darek membawa kapur untuk dibawa kepariaman, kapur tersebut dibeli untuk membuat rumah yang ditempati nenek dan orang tua saya dulu, hingga sekarang rumah tersebut masih ada walupun tidak layak untuk ditempati karena sebagian hancur pasca gempa 2009 silam.
Ketika kakek saya balik dari darek tempat peristirahatan nya
ini di lembah Anai air mancur itu bersama kawan-kawan pedatinya yang dulu nya juga
ada konvoi 3-5 pedati, sekalian bisa untuk menyabit rumput di atas air mancur
itu buat makan sikerbau, beliau lewat disamping air mancur itu menuju ke
atasnya.
Diatasnya terdapat danau kecil atau boleh dibilang telaga
yang mengalirkan air mancur teesebut, disekitaran telaga itu ada tanaman jeruk
yang sangat manis buahnya, boleh dimakan sepuasnya namun tidak bisa dibawa
pulang, kalau dibawa pulang tidak tau jalan untuk turun atau jalan pulang
kebawahnya.
tropen museum 1890-1910
Dan dilembah anai itu juga kakek saya kena penyamun (perampok) dulu nya, namun setelah digeledah penyamun tersebut tidak menemukan uang. kakek saya menaruh uang pada masa itu didalam ember yang berisi kotoran kerbau yang dialas dengan daun pisang dibawahnya di taroh uang sisa pembelian kapur tersebut.
Kedarek dari rantau (pariaman) itu menempuh 5-7 hari pulang pergi dengan pedati, jalan sekarang tidak seindah jalan dahulunya yang masih tanah dan begitu banyak bancah-bancah(kubangan).
Itulah cerita singkat lembah Anai air mancur dari kakek saya yang diceritakan oleh nenek saya kepada saya, sementara kakek saya meninggal sudah hampir 34 tahun ketika saya masih berumur satu tahun.
Air mancur adalah kebiasaan orang minang menyebut air terjun
Misteri Bukit Tambun Tulang Dekat Lembah Anai
Tambun Tulang merupakan bukit yang cukup di kenal di wilayah Pulau Sumatera.
Bukit tambun tulang ini menjadi salah satu wilayah paling terkenal pada masanya, karena sulit di lalui oleh masyarakat pesisir yang ingin ke Minangkabau kala itu.
Namun sobat tahu tidak? nama bukit tambun tulang diambil dari kisahnya yang kelam dibukit tambun tulang ini banyak di temui tulang belulang manusia.
Pada zaman dulu, orang-orang pesisir yang hendak mendaki bukit untuk bepergian ke pusat negeri Minangkabau, konon menjadi korban perampokan.
Tidak hanya itu, mereka bahkan dibunuh di bukit tersebut,
lalu jenazahnya dibiarkan begitu saja. Hal itulah yang menjadi dasar penamaan
bukit ini menjadi Bukit Tambun Tulang. Wallahualam.lembah anai 1880
#piamanexplore.com