Sejak tahun 1911, Prof. Sutan Mohammad Zain telah menjadi guru Bahasa Melayu di Prince Hendrik School, Batavia. Pada tahun 1923, Zain mendapat beasiswa untuk belajar di Rijksuniversiteit Leiden Belanda, sampai akhirnya menjadi pribumi Indonesia pertama (atau bahkan di nusantara) yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu serta diakui di kalangan ilmiah.
Pada zaman Jepang, untuk pertama kalinya Zain menyusun gramatika Bahasa Melayu, yang menjadi pendahulu dan dasar-dasar gramatika Bahasa Indonesia. Dalam bukunya "Djalan Bahasa Indonesia", untuk pertama kalinya dikenal apa yang kini disebut sebagai kata benda, kata kerja, kata sandang dan seterusnya.
Para ahli Bahasa Indonesia mengakui, apa yang kini disebut sebagai kata benda, kata kerja, kata sandang dan seterusnya, pertama kali diteorikan oleh Engku Profesor Sutan Mohammad Zain dalam bukunya yang berjudul Djalan Bahasa Indonesia.
Salah satu karya monumental lainnya adalah sebuah kamus yang cetakan pertamanya dilakukan pada tahun 1951 yaitu "Kamus Modern Bahasa Indonesia", yang kemudian dikembangkan oleh Jusuf Sjarif Badudu menjadi "Kamus Lengkap Badudu-Zain" yang diterbitkan tahun 1992.
Sutan Mohammad Zain berasal dari Sungai Pasak, Pariaman (yang juga merupakan kampung Siti Baheram, gadis rancak yang dibunuh oleh rajo ampok si Joki dan temannya, si Ganduik bulan November 1916). Beliau lahir tahun 1886. Keluarganya mengirimnya ke Sekolah Raja (Kweekschool) di Fort de Kock (Bukittinggi). Pada tahun 1907 beliau tamat dari Sekolah Raja, kemudian diangkat menjadi guru di Maninjau.
Kariernya dalam lingkungan BB Hindia Belanda membawanya ke beberapa tempat lain. Tahun 1908 beliau dipindahtugaskan ke Makassar; tahun 1911 beliau dipindahtugaskan lagi ke Batavia untuk menjadi guru HIS di ibukota Hindia Belanda itu; tahun 1912 beliau berpindah tugas lagi ke OSVIA Bandung.
Tahun 1914 Sutan Mohammad Zain kembali ke Batavia karena dia diangkat menjadi kepala pengarang di Balai Pustaka. Antara 1922-1926 beliau berada di Belanda, tepatnya di Universitas Leiden, untuk memperdalam ilmunya di bidang bahasa. Sepulang dari Belanda beliau mengajar di PHS dan HBS di Batavia. Setelah Indonesia merdeka, beliau menjabat sebagai Kepala Balai Bahasa Indonesia (1947-1949), kemudian sebagai Ketua Jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Nasional sejak tahun 1949. Tahun 1957 beliau dianugerahi gelar profesor oleh universitas tersebut.
Bila puan dan tuan membaca buku sejarah Sriwijaya yang ditulisnya, banyak hal-hal baru terkait keberadaan kerajaan yang konon teramat besar dan berpengaruh di dunia pada awal Masehi.
Wajar saja. Di samping ahli Bahasa Indonesia, dia juga lihai bahasa Sanskerta. Bahasa yang tertulis dalam prasasti-prasasti yang oleh para ahli dijadikan bukti keberadaan dan kebesaran Sriwijaya.
Sutan Mohammad Zain berpulang pada 6 April 1962, dalam penerbangan dari Amerika ke Jepang. Legenda Bahasa Indonesia itu dikebumikan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Sumber: Dr. Suryadi dan berbagai sumber.
#Piamanexplore