Sambareh Makanan tradisional khas piaman. Lamak dek basantan, Lambuak dek rancak tapuang nyo, Manih bagulo saka jo tangguli
Indak ado lawan nyo di rantau urang ko doh sanak, indak lo
sado rang piaman nan pandai mambuek nyo.
Sambareh makanan khas di minangkabau ini sangat terkenal
kalau orang Indonesia mengenal nya dengan nama serabi. Sambareh terbuat dari
santan kelapa dengan campuran tepung beras, sambareh terasa gurih dan lembut di
lidah.
Tak banyak masyarakat di minang yang tau bahwa sambareh
memiliki kepanjangan yaitu sarang bareh. Kuahnya adalah kombinasi rasa santan,
gula merah dan harum pandan. Untuk yangt tidak berkuah bisa juga di beri
taburan coklat atau gula enau.
Panganan khas pariaman yang satu ini menjadi bagian yang
penting dalam adat istiadat masyarakat setempat. Sambareh menjadi antaran utama
dalam tradisi maanta atau menjelang rumah mertua.
Tradisi ini ramai berlangsung atau dilakukan dilakukan para
pariaman terutama pada bulan radjab, sehingga bulan tersebut dikenal juga
dengan bulan sambareh-bulan dimana orang–orang mengantar sambareh.
Tradisi Mandoa Sumbareh di Pariaman
Masyarakat Di Indonesia banyak memiliki tradisi yang
bermacam-macam jika menyambut momen-momen tertentu, termasuk menyambut bulan
Rajab. Bulan Rajab berada pada bulan ketujuh dari 12 bulan dalam kalender
Hijriah. Bulan ini sering dikatakan bulan penuh kebaikan dan kemuliaan.
Seperti sabda Rasulullah ï·º
yang artinya, “Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab,
airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang
siapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai
tersebut”.
Bagi masyarakat Pariaman, kota pariaman maupun kabupaten
padang pariaman sambareh bukan sebagai camilan biasa. Namun, makanan satu ini
termasuk dalam bagian dari pelaksanaan tradisi “mandoa sambareh” yang
dilaksanakan pada Bulan Rajab.
Menurut sejarah, ajaran ini dikembangkan oleh Syekh
Buhanuddin Ulakan yang dibawa dari Aceh. Keberadaannya dimulai sejak adanya
islamisasi di Minangkabau. Bulan Rajab menjadi bulan yang istimewa bagi
masyarakat Minangkabau, Selain bulan Sambareh, bulan Rajab juga diberi nama
lain sebagai “Bulan Kanak-kanak”.
Tujuan dari penamaan ini untuk menyertakan doa kepada arwah
yang telah pergi. Biasanya acara mandoa sambareh ini dipimpin oleh Tuanku.
Tuanku adalah sebutan bagi ulama yang telah tamat mengaji di Pondok Pesantren
yang ada di Padang Pariaman.
Bagi masyarakat yang ingin melaksanakan acara mandoa
sambareh terlebih dahulu menyediakan sambareh di rumahnya.
Selain sambareh, tuan rumah juga menyediakan makanan
sebagaimana makanan pada umumnya seperti nasi dan lauk pauk untuk disantap
setelah acara mandoa.
Acara mandoa ialah kegiatan pembacaan doa, yang bacaan
doanya terdapat di buku doa khusus, yang dapat dibacakan ketika acara mandoa
berlangsung.
Setelah menyantap
makan tersebut dan berdoa, lalu tuan rumah menyuguhkan sambareh yang
telah diisi kuah ke hadapan Tuanku dan masyarakat sekitar yang hadir saat mandoa selesai untuk dicicipi.
Dan saat tuanku pulang, tuan rumah juga memberi sedekah serta membungkuskan sambareh untuk dibawa pulang. Sedekah di sini dipercayai untuk tabungan akhirat.
#piamanexplore