Tidak diragukan lagi, alam Sumatera Barat menyajikan
berbagai kekayaan wisata alam yang layak dipertimbangkan sebagai salah satu
tujuan destinasi wisata untuk liburan. Lembah Harau menjadi salah satu contoh
yang mungkin cukup mewakili mengapa bumi Minangkabau layak diperhitungkan.
foto dengan latar perbukitan lembah harauhttps://web.facebook.com/zhia.zeviera
Terletak sekitar 145 kilometer dari pusat Kota Padang atau sekitar 15 kilometer dari Kota Payakumbuh, Lembah Harau menawarkan wisata panorama alam yang memikat. Tidak mengherankan jika kawasan ini terkenal tidak hanya di dalam negeri tetapi dikalangan wisatawan asing, terutama para backpacker.
Lembah Harau merupakan wahana wisata alam berupa dataran
luas yang dikelilingi bentangan tebing batuan alam. Keindahan panorama Lembah
Harau terbentuk oleh tebing terjal di bukit-bukit yang mengelilinginya, seolah
seperti dinding raksasa yang mengepung lembah di bawahnya. Dinding mahakarya
Sang Pencipta Semesta ini menjulang setinggi kurang lebih 100-500 meter,
menciptakan pola bayangan yang menarik untuk disaksikan pada pagi dan sore
hari.
Lembah Harau bukan sekadar lembah biasa. Setidaknya ada lima
air terjun yang mengalir langsung dari puncak tebing lembah. Meski ukurannya
berbeda satu sama lain. Lembah Harau menjadi rumah dari sejumlah air terjun
cantik seperti Sarasah Bunta, Sarasah Aka Barayun, Sarasah Talang, Sarasah Aia
Luluih, maupun air terjun lainnya. Salah satu air terjunnya, bahkan memiliki
tinggi 150 meter.
foto https://web.facebook.com/zhia.zeviera
Lembah Harau sejatinya
merupakan ngarai-ngarai yang berada di kaki bukit berbatu yang menjulang dengan
ketinggian ratusan meter. Akibat topografinya, tebing-tebing Harau menawarkan
pesona tersendiri, terutama bagi olahraga panjat tebing. Lembah Harau alamnya masih sangat asri, dan
masuk daftar Cagar Alam. Luasnya mencapai 270 hektare. Di sini, terdapat
sejumlah flora dan fauna dilindungi. Lokasinya berada di hutan tropis yang
masih terjaga dengan udara segar.
Sejarah lokal jika
dikaitkan dengan bahasa lokal Harau berarti ‘parau’ atau bersuara serak. Konon
katanya pada zaman dahulu penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu( salah satu
bukit di harau) sering terkena bencana banjir dan longsor sehingga menyebabkan
kepanikan. Mereka sering berteriak-teriak histeris sehingga lama-lama suara
mereka menjadi parau.
salah satu air terjun yang jatuh dari atas tebing harau
Legenda lembah harau Sedangkan legenda lain yang populer di masyarakat setempat mengenai terbentuknya Harau adalah legenda Puti Sari Banilai. Di masa lalu, berlayarlah Maulana Kari, Raja Hindustan bersama permaisuri Sari Banun untuk merayakan pertunangan anaknya Sari Banilai dengan Bujang Juaro. Sebelum berlayar, dua anak manusia ini bersumpah jika Sari Banilai mengingkari janji pertunangan, dia disumpah menjadi batu. Sebaliknya, jika Bujang Juaro yang ingkar janji, maka dia disumpah menjadi ular naga.
Kapal yang membawa Maulana Kari, Sari Banun, dan Sari
Banilai terbawa arus dan terjepit di antara dua bukit besar. Agar tidak hanyut,
Maulana Kari menambatkan sebuah batu yang kelak dikenal dengan Batu Tambatan
Kapal. Kapal layar ini selamat. Rajo Darah Putiah yang berkuasa di kawasan
Lembah Harau waktu itu mengizinkan keluarga Maulana Kari menetap. Sedangkan di
negri lainnya Raja Hindustan ini sudah pasrah tidak mungkin kembali. Karena
tidak mengetahui sumpah putrinya, dia berinisiatif menikahkan Sari Banilai
dengan Rambun Pade, pemuda Harau. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang
anak yang sangat disayang oleh Maulana Kari dan Sari Banun.
Suatu hari, mainan si anak jatuh ke dalam laut dan dia
memanggil ibunya untuk mengambil mainan. Sari Banilai melompat ke laut untuk mengambil
dan dia terhanyut karena ombak sedang besar. Sari Banilai terseret hingga
terjepit di antara dua batu besar lalu berdoa agar air segera surut. Sari
Banilai yang teringat sumpahnya khawatir dia bakal dikutuk menjadi batu. Sambil
berdoa kepada Tuhan, dia minta dibawakan perlengkapan rumah tangga dan
diletakkan di samping batu yang menjepitnya. Lambat laun kaki Sari Banilai
membeku dan menjadi batu. Begitupun bagian tubuh yang lain. Batu yang berbentuk
seorang ibu sedang menggendong anak di salah satu bagian di Lembah Harau itu
diyakini sebagai Sari Banilai yang termakan sumpahnya. Cerita yang masih hidup
di tengah masyarakat Lembah Harau itu dikenal sebagai Randai Sari Banilai dan
kemudian menjadi salah satu kesenian tradisional masyarakat Lembah Harau.
foto https://web.facebook.com/zhia.zeviera
Spot Selfie Terbaik Harau
memiliki sejumlah spot selfie terbaik karena di sini ada Kampung Eropa maupun
Kampung Korea Jepang.salah satu spot foto dikampung korea
Tentu lokasi ini menjadi tempat cocok untuk berswafoto.