Makam syech Burhanuddin kawasan wisata religius di ulakan part 2
area makam syech Burhanuddin |
Syech Burhanuddin dilepas syech Abdurrauf dengan sebuah taufah dan membekalinya perahu disertai 70 orang yang akan mengawalnya dalam perjalanan. Rombongan ini dipimpin oleh seorang panglima dengan nama katik sangko. Berasal dari mudiak padang tandikek yang berlayar bersama tentara hindu rupik kemudian menuntut ilmu pada syech Abddurrauf kini dia diminta syech Abdurrauf mengantarkan syech Burhanuddin sampai dikampung halamannya.
Alasan syech Abdurrauf membekali syech Burhanuddin pengawal karena dia yakin akan mendapat tantangan berat, sebab kala itu masyarakat pariaman masih kental memeluk agama Hindu Budha banyak tukang-tukang sihir akan merintangi karena mereka tidak senang kesenangan mereka terusik.
Jauh berlayar akhirnya rombongan syech Burhanuddin tiba di pulau angso di muka pantai pariaman dan beristirahat selama 2 hari. Kiranya selama itu pecah berita di masyarakat bahwa ada rombongan kapal aceh yang datang merapat di pulau nama panglimanya katik sangko membawa seorang yang bergelar syech Burhanuddin untuk mengembangkan agama baru. Berita dari nelayan ini menyulut kemarahan tukang sihir, sehingga mereka mengeluarkan segala cara kepandaiannya untuk mengusir rombongan syech Burhanuddin. Hiruk pikuk kemarahan para tukang sihir tidak membuat gentar katik sangko ia teringat pesan gurunya bahwa ia akan mengantarkan syech Burhanuddin sampai kepariaman dengan selamat maka didayungnya kapal sampai kepantai. Dipantai kedatangan mereka tidak disambut dengan baik mereka ditolak sebelum mereka menyampaikan maksud, maka terjadilah perkelahian yang memakan korban baik dari rombongan katik sangko maupun dari pihak penyihir, tempat itu kemudian dinamakan ulakan dimana tempat penolakan kedatangan rombongan syech Burhanuddin.
Sebagai kenang-kenangan kembali dari menuntut ilmu syech Burhanuddin menanam ranting pinago biru yang dibawa dari aceh dia berpesan kepada Idris majo lelo bila kelak dia meninggal ia minta dikuburkan dekat pinago biru ini. Idris majo lelo membawa syech Burhanuddin ke tanjung medan dalam perjalanan idris majo lelo menceritakan bahwa orang tua syech Burhanuddin telah lama meninggal dan telah diselenggarakan dengan baik. Kedatangan syech Burhanuddin membuat nagari menjadi bergairah santri yang awalnya kaum keluarga syech dan kerabat majo lelo. Untuk memudahkan pengembangan syiar agama syech Burhanuddin meminta masyarakat agar anaknya dibawa ke surau untuk bermain bersama nya. Disinilah cikal bakal pengembangan ilmu agama yang dilakukan syech Burhanuddin.
tampak seorang anak bermain di batang pohon pinago biru |
Untuk menyebarkan ajaran Islam keseluruh pelosok Minangkabau cara yang dilakukan syech Burhanuddin ialah meniru cara gurunya syech Abdurrauf dengan memakai kuasa dan restu Raja pagaruyung. Maka syech Burhanuddin dan pengikutnya diberikan wewenang seluas-luasnya mengembangkan agama Islam diseluruh alam minangkabau. Didalam lareh nan duo, luhak nan tigo dari ikue darek kapalo rantau sampai ka riak nan badabue syech Burhanuddin dan gerakannya dilindungi oleh kerajaan pagaruyung.
Syech Burhanuddin wafat: tahun 1692 M / 1111 H syech Burhanuddin berpulang kerahmatullah dalam usia 85 tahun, kematiannya menimbulkan misteri hingga kini karena setelah jasad beliau di kafani dan hendak dikubur keliang lahat disamping surau tanjung medan kiranya yang tinggal hanya kain kafannya saja, sementara jasadnya raib. Konon menurut cerita tak lama berselang bahwa ada masyarakat yang melihat dan mendengar ada cahaya yang diiringi salawaik badendang bagai gendang tasa terbang melayang dan turun didekat pohon pinago biru maka dinisbatkanlah lokasi tersebut makam syech Burhanuddin sesuai wasiatnya dulu.
Baca : makam Syech Burhanuddin part 1
gedung makam syech Burhanuddin |
Wallahu alam bis sawab.